“Diriku menjadi pewarta bagi sesamaku”

Pesta Santo Markus, Penulis Injil

Bacaan I   : 1Ptr 5:5b-14

Mazmur    : Mzm 89:2-3.6-7.16-17

Injil           : Mrk 16:15-20

Suatu hari, di sebuah kampung, ada seorang bapak yang hidup hanya dengan seorang anak laki-laki. Suatu ketika, seorang anak ini mengalami musibah yang membuat anak tersebut mengalami luka yang parah. Sekumpulan tetangga menganggap bahwa bapak ini memiliki anak yang nakal. Akan tetapi bapak ini selalu berusaha untuk tetap menerima kenyataan dan rendah hati. Suatu hari, kampung itu sedang terjadi perang saudara. Seluruh anak muda laki-laki dikumpulkan untuk perang. Semua anak laki-laki muda melakukan perang saudara antar kampung, kecuali anak laki-laki bapak tersebut, karena baru mendapatkan musibah dan proses pemulihan. Tidak lama setelah perang kampung terjadi, hal yang diluar dugaan terjadi. Kampung tersebut mengalami kekalahan yang besar, sehingga membuat para anak laki-laki banyak yang mengalami luka berat bahkan kematian. Setelah hal itu terjadi, para tetangga melihat seorang bapak yang mempunyai anak laki-laki satu-satunya merupakan orang paling beruntung. Akan tetapi Bapak ini selalu berserah kepada Tuhan apa pun yang terjadi.

Bacaan hari ini menjadi kaitan satu sama lain. Bacaan pertama mengajak kita untuk melakukan hal yang membawa kita kepada kerendahan hati. Injil memaparkan bahwa Yesus menyuruh kesebelas murid-Nya untuk mewartakan Injil kepada seluruh makhluk. Hal yang menjadi kaitan dari kedua bacaan ini adalah tentang menghadapi setan. Kerendahan hati menjadi kunci untuk menghadapi setan yang berkeliaran seperti singa. Hal percaya kepada Tuhan menjadi kunci keselamatan melewati segala cobaan setan. Seperti cerita di atas, seorang bapak yang mengalami olokan tapi akhirnya mendapat kebahagiaan.

Sikap manusia kerap hanya memandang hasil tanpa melihat proses. Tuhan telah memiliki jalan dan rencana dari setiap manusia. Manusia yang mengikuti dan percaya kepada-Nya, tentu mendapatkan berkah yang melipah. Proses kehidupan, tentu dihadapi dengan jatuh-bangunnya peristiwa. Manusia hanya dapat berpasrah melalui kerendahan hati serta percaya bahwa Tuhan selalu menyertai. Hasil dari berkah kehidupan bukan semata akan begitu cepat didapatkan. Hasil yang terbaik akan melewati proses yang panjang. Krikil kehidupan menjadi hiasan dalam proses kehidupan. Setan-setan menjadi krikil kehidupan khususnya dalam proses perjalanan hidup. Kita hanya dapat menghadapi krikil-krikil itu dengan rasa kerendahan hati. Kita dapat menjadikan tubuh kita menjadi gambaran Tuhan. Tuhan selalu melihat kebaikan kita.

“laksanakan tubuhmu menjadi gambaran orang lain.” Semoga dalam menjalani kehidupan, kita dapat menjadi pewarta bagi orang lain. Kita dapat menjadikan diri sebagai rendah hati dan percaya dan berserah kepada Tuhan, karena Tuhan selalu mendampingi umat-Nya tanpa berpaling serta menjauh.

Fr. Egia Andika Surbakti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks