Berjalan dalam Cahaya adalah Kasih Allah

Selasa, 03 Mei 2022

Pesta St Filipus dan Yakobus, Rasul

1Kor 15:1-8

Mzm. 19:2-3.4-5

Yoh 14:6-14

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan, hari ini kita mendengarkan kisah akan Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Pasti perikop ini tidaklah asing di pikiran dan telinga kita, namun seringkali sampai saat ini kita terkadang masih seperti Filipus yang mungkin masih ragu dan kurang percaya bahwa Yesus sungguh Allah, sungguh manusia yang telah menyelamatkan kita dari dosa. Ada sebuah kisah sederhana mengenai seorang anak yang bertanya kepada ayahnya mengenai hal yang sederhana. Si anak bertanya kepada ayahnya katanya, “Ayah.. bentuk angin itu seperti apa ?”. Si ayah menjawab katanya, “hmm.. angin itu tidak ada bentuknya, memangnyaa kamu bisa melihat angin ?”. Si anak langsung menjawab, “karena ade gak bisa melihat makanya ade bertanya.. siapa tahu ayah tahu bentuk angin hehe”. Si ayah tersenyum dan berkata, “ayah memang tidak tahu bentuk angin, tapi kita bisa merasakan angina yang berhembus di tubuh kita kan”. Si anak dengan spontan berkata kepada ayahnya, “aneh juga ya ayah.. kita tidak bisa merasakan angin sekalipun ada bentuknya”. Si ayah dengan tenang membalas perkataan ayahnya, “itulah keajaiban, hanya Tuhan yang dapat melakukannya”.

Kisah yang sederhana itu menggambarkan bagaimana si anak merasa bingung mengapa hal yang tidak ada bentuknya itu bisa dirasakan olehnya. Sang ayah memang tidak bisa menunjukan bentuk angin seperti apa, namun si ayah hanya bisa mengatkan bahwa sekalipun angin tidak ada bentuknya namun angin itu bisa dirasakan sebagai bukti bahwa angin itu nyata. Seperti iman bahwa hingga saat ini masih banyak orang yang kurang percaya akan iman kepada Yesus. Apakah Allah itu ada? Apakah rahmat itu sungguh ada? Mungkin pertanyaan itu hadir karena manusia menuntut bukti secara fisik, bahwa manusia menginginkaan rahmat itu bisa dilihat, ada bentuknya. Manusia ingin bahwa Tuhan benar-benar ada dan hadir di Dunia, bisa dilihat dan dipandang dengan mata. Sehingga akhirnya manusia lupa bahwa Allah hadir dihati kita, bukan di kepala kita. Terkadang yang membutakan iman kita adalah pikiran kita sendiri. Saaat ini manusia beriman dengan pikiran bukan dengan hati. Tidak bisa dipungkiri bahwa pikiran itu penting bagi kehidupan manusia, namun perkara iman itu bukan soal sesuatu yang rasional. Oleh sebab itu, melalui injil hari ini mari kita menyadari bahwa Tuhan Allah tidak pernah membutakan manusia. Sesuatu yang mempengaruhi pikiran itulah yang membutakan kita. Kesibukan dalam bekerja, kesibukan dalam studi, banjir informasi yang sulit dibendung yang akhirnya menjauhkan kita dari Tuhan. Mari saat ini kita meluangkan diri dan membuka hati serta pikiran kita bahwa kasih Allah sungguh hadir dalam diri kita.

Fr. Yohanes Ephifanisius Vinsen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks