KEUSKUPANBOGOR.ORG- Animator Laudato Si (ALS) Bogor dan Laudato si Indonesia bekerjasama dengan Komisi Ekologi Keuskupan Bogor dan Seksi Ekologi Paroki Santa Faustina Kowalska, Tajur Halang menggelar kegiatan yang bertajuk “Wujudkan Pertobatan Ekologis: Harmoni Antara Pencipta, Manusia dan Seluruh Ciptaan”
Kegiatan diawali oleh sapaan dan sambutan dari RD Mikael Endro Susanto selaku Pastor Paroki Santa Faustina Kowalska, Tajur Halang. Dalam sambutan yang Ia sampaikan, Romo Endro mengingatkan kepada para peserta yang hadir untuk memberikan perhatian lebih kepada kelestarian Bumi. Perhatian ini diwujudkan dengan aksi nyata agar sebagai manusia jangan hanya mengambil namun juga mempertahankan kelestarian alam lingkungan. Ia pun mengambil contoh pelaksanaan gerakan kolekte sampah serta pengolahan pupuk organik yang dilakukan di Paroki Santa Faustina Kowalska sebagai sebuah kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian Bumi.

Romo Endro turut menyampaikan apresiasi dan rasa sukacitanya atas gerakan peduli lingkungan yang dilakukan pada hari ini yang mengejawantahkan aksi nyata dalam mewujudkan pertobatan ekologis ini. Ia pun berpesan kepada para peserta yang hadir untuk dapat menjadi duta-duta ekologis di paroki masing-masing. Lebih lanjut, Ia juga berpesan agar semua yang hadir pada hari ini berkontribusi secara nyata dalam menjaga lingkungan sekitar kita.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan oleh Animator Laudato Si Bogor. Kegiatan ini menyadarkan kita semua bahwa menjaga dan merawat Bumi adalah tanggung jawab kita karena Bumi adalah rumah kita bersama. Semoga kegiatan ini dapat menginspirasi kita semua dan membuat kita tidak berpuas diri atas apa yang telah dilakukan,” tutur Vikaris Episkopal Kemasyarakatan Keuskupan Bogor tersebut.
Spirit Pertobatan Ekologis
Kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi Alam Terbuka yang dipimpin oleh Yosef Irianto Segu. Perayaan Ekaristi dilaksanakan di halaman Gereja Paroki Santa Faustina Kowalska-Tajung Halang pada hari Sabtu, 21 Mei 2022 pada pukul 09.00 WIB.
Dalam homili yang disampaikan oleh Romo Segu, Ia mengatakan bahwa yang membedakan orang yang melakukan pertobatan ekologis memiliki spirit of sacrifice. Ada kebutuhan yang ditanam di dalam diri bahwa apa yang dilakukan untuk lingkungan merupakan persembahan diri bagi Tuhan. Dalam panggilan hidup kita dalam menjaga dan merawat Ibu Bumi ini, kita perlu daya untuk sungguh-sungguh melakukannya semata-mata hanya untuk kemuliaan bagi Tuhan.

Orang yang memiliki spirit pertobatan ekologis dapat dilihat dari bagaimana Ia mempersembahkan apa yang Ia lakukan terhadap lingkungan hanya demi kemuliaan Tuhan. Ketika alam mencoba memperbarui diri dalam menjaga tatanannya manusia akan kesulitan beradaptasi. Kita perlu tumbuhkan kepedulian terhadap alam adalah semata-mata demi kemuliaan Allah dan menyadari bahwa alam bukan demi pemenuhan diri kita sendiri. Persahabatan kita dengan alam adalah hanya demi Tuhan.
Dalam semangat pertobatan, kita perlu membekali diri dengan pengetahuan logika alam untuk mengetahui bagaimana diri kita dapat merawat alam dengan baik dan melakukan tindakan pengelolaan yang benar supaya alam berjalan dengan baik serta demi kebaikan kita bersama. Kepedulian terhadap lingkungan didasarkan pada kemuliaan Allah maka semuanya akan ditambahkan kepada kita.
Bukan Program, Melainkan Sebuah Jalan Hidup
Nicolas Laga selaku Ketua Penyelenggara dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada pihak-pihak terkait. Ia pun berpesan agar kita semua dapat melakukan penyerahan diri untuk merawat lingkungan. “Spirit itu yang saya belajar dari Romo Segu. Paling tidak keluarga menjadi model dan yang menjadi motor pergerakan merawat bumi adalah komunitas,”ujarnya.
Kemudian Romo Segu menjelaskan mengenai peran Mgr Paskalis yang begitu memperhatikan ekologi. Tujuannya agar struktural dan para animator dapat berjalan mandiri dan ini merupakan upaya menindak lanjuti seruan laudato si. Dari hal tersebut di setiap Paroki ada seksi ekologi. Romo Segu menegaskan bahwa mencintai dan merawat lingkungan hidup bukanlah sebuah program, namun merupakan jalan hidup.
“Bukan selebrasi tapi upaya berkelanjutan yang menghayati laudato si. Ada perubahan gaya hidup yang mengubah tata laku, tata budaya dan tata ruang. Fokus komisi ekologi adalah gerak kontinuitas untuk bergerak berjalan bersama melalui akar rumput. Ekologi bukan karena ada struktural agar berjalan, namun perlu ada kesadaran dalam menjalankan,” tegas Ketua Komisi Ekologi tersebut.

Kegiatan dilanjutkan dengan dinamika kelompok para peserta yang hadir dan dilanjutkan dengan pleno. Dalam kegiatan ini pula dilakukan penanaman 50 bibit pohon buah dalam rangka mengurangi jejak karbon, mengurangi ancaman polusi dan menjaga populasi pada makhluk hidup.
