Sabtu, 18 Juni 2022
Hari Biasa, Pekan Biasa XI
Bacaan I : 2Taw. 24:17-25
Mazmur Tanggapan : Mzm. 89:4-5,29-30,31-32,33-34
Bacaan Injil : Mat. 6:24-34
Saat ini, alam sedang tidak baik-baik saja. Dalam berbagai kesempatan, kita diajak untuk menyaksikan berbagai fenomena kerusakan alam yang disebabkan oleh perilaku manusia. Kekeringan, kepunahan beberapa jenis fauna dan flora, longsor, pembalakan hutan, pemanasan global dan lain sebagainya menandai kerusakan ekosistem yang kita hadapi saat ini.
Semua itu tentu saja tidak terlepas dari tindakan kita. Keserakahan manusia secara perlahan, namun pasti, mulai menggerogoti kekayaan alam dan menorehkan luka yang cukup dalam bagi alam. Tanpa sadar, kita telah menyakiti alam, bahkan membuat amarahnya bangkit terhadap kita. Manusia menjadi pelaku sekaligus korban akibat dari perilaku kita yang semena-mena. Banyak bencana alam yang pada akhirnya ikut memakan korban jiwa akibat keadaan alam yang tidak stabil.
Injil hari ini ingin mengingatkan sikap kita yang seringkali memandang rendah keberadaan alam. Sikap ini akhirnya melahirkan penindasan dan penjajahan terhadap alam. Alam hanya dilihat sebagai sumber daya yang dapat dikeruk manfaatnya. Alih-alih memanfaatkan sumber daya alam secara arif dan bertanggung jawab, kita justru menguasainya secara otoriter. Kita bahkan kerap tidak peduli terhadap dampak yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif yang menandai kultur kita saat ini.
Dengan diajak untuk melihat keberadaan burung pipit dan bunga bakung, kita hendak dibawa pada kesadaran akan kesetaraan dengan alam. Alam telah menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Persoalannya adalah kita selalu membiarkan diri kita dimakan oleh ketamakan, sehingga kita melupakan kebaikan alam dan memandangnya hanya dengan sebelah mata. Maka marilah kita membangun kepercayaan kepada alam dan berhenti memandangnya sebagai musuh. Dengan demikian, kita dapat membangun hidup yang harmonis dengan alam, sekaligus semakin beriman pada Allah yang telah menganugerahkan rahmat-Nya kepada kita, termasuk dengan mempercayakan pemeliharaan alam kepada kita.
Fr. Martin Pangestu