Semua Adalah Saudara

Loading

Selasa, 19 Juli 2022

Bacaan I : Mikha 7:14-15,18-20

Bacaan Injil : Matius 12:46-50

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, renungan pada hari ini akan dimulai dengan sebuah cerita mengenai Riko seorang pemuda laki-laki yang sudah tidak lagi memiliki orang tua. Riko tumbuh dan besar bersama dengan neneknya yang usianya sudah menyentuh 75 tahun dan sudah mulai sakit-sakitan. Lingkungan sekitar tempat tinggal Riko sangat peduli dan perhatian terhadap kehidupan nenek Riko dan Riko, namun Riko tidak mempedulikan hal itu dan dia bersikap seakan-akan tidak peduli dengan para tetangga yang selama ini sudah memperhatikannya. Hari dimana menjadi hari yang tidak pernah diharapkan Riko pun terjadi, sang nenek yang selama ini menjaga dan merawatnya tiba-tiba pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Perasaan Riko hancur dan merasa sudah tidak lagi memiliki siapa-siapa untuk menemaninya dalam kehidupannya. Akan tetapi, ketika Riko melihat semua tetangga yang selama ini begitu perhatian dan peduli dengan kehidupan Riko dan neneknya hadir dan bahkan mengurus semuanya hingga sang nenek dikebumikan, Riko merasa menyesal dan berusaha untuk merubah sikapnya selama ini menjadi kea rah yang lebih baik.

Saudara-saudari yang terkasih bacaan pada hari ini ingin mengingatkan pada kita pentingnya sebuah hidup yang dipenuhi dengan rasa persaudaraan. Dalam bacaan pada hari ini Yesus mengatakan bahwa semua yang melaksanakan kehendak Bapanya di surga adalah saudara dan saudarinya. Para tetangga dalam cerita diatas menunjukkan kasih Allah dengan tiada henti-hentinya memberikan perhatian kepada Riko dan neneknya walau sikap itu tidak mendapat balasan dari Riko, bahkan saat si nenek harus pergi untuk selama-lamanya kepedulian itu tetap ada dan pada akhirnya menyadarkan Riko. Hal itu kemudian menjadi kesempatan untuk Riko merubah sikapnya selama ini kearah yang lebih baik.

Cerita diatas menunjukkan bahwa kepedulian dan perhatian kita terhadap orang yang kesulitan adalah sebuah hiburan bagi mereka, sehingga dengan kepedulian dan perhatian itu seseorang yang selama ini merasa kehilangan jalan atau merasa hancur, akan kembali mendapatkan semangat untuk terus menjalani kehidupan dengan lebih baik. Sikap kepedulian dan perhatian tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa adanya ketulusan dan keiklasan hati, hal itu karena ketika kepedulian dan perhatian kita tidak di respon, tentu saja kita akan memilih untuk berhenti dan malah membencinya. Maka dari itu perlu sikap tulus dan iklas terutama dalam memberikan perhatian dan kepedulian kepada orang yang menderita, karena kepedulian dan perhatian yang kita berikan layaknya seperti Allah yang tidak memiliki batasan dan tidak memandang latar belakang. Pertanyaan reflektif bagi kita semua adalah sudahkah kita peduli dan memberi perhatian kepada mereka yang kesulitan dengan tulus dan iklas?

Fr. Giovanni Christian Tholla

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!