Senin, 12 September 2022
Bacaan I : 1 Kor 11 : 17-26
Mazmur : 40: 7 – 10; R: 1 Kor 11 : 26b
Bacaan Injil : Luk 7 : 1 – 10
“Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hamba-Ku akan sembuh”
Saudara-saudari terkasih, kita bersama-sama memiliki definisi iman kita masing. Berbagai definisi itu memiliki latar belakangnya tersendiri. Definisi yang kita dapatkan bersama bisa saja berasal dari pengalaman perjumpaan dengan Yesus Kristus secara personal maupun berbagai pengalaman lainnya. Definisi iman tersebut mempengaruhi pemahaman diri kita terhadap iman yang kita miliki. Namun, bagaimana kalau kita tidak memiliki iman yang dapat didefinisikan?
Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita satu poin sederhana yang seringkali kita lupakan. Bacaan hari ini mengajarkan bahwa poin utama dari iman ialah mendengarkan (Fides ex auditu). Mendengarkan menjadi kunci dalam iman Kristiani. Mendengarkan memiliki arti bahwa kita mengkhususkan ruang dalam diri kita untuk sabda dan wahyu dari Tuhan dalam diri kita. Gereja mengajarkan bahwa dengan kekuatannya sendiri, manusia tidak akan mampu masuk ke dalam kehidupan intim misteri Allah. Manusia membutuhkan pencerahan melalui wahyu; tidak hanya untuk hal-hal yang melampaui pemahamannya, tetapi juga untuk kebenaran religius dan moral akal budi manusia. (KGK art 37-38) Untuk menggapai iman melalui pendengerakan kita, kunci utamanya ialah kesederhanaan.
Saudara-saudari, hari ini kita bersama diajak oleh bacaan Injil untuk merefleksikan iman kita. Iman yang bukan terbatas oleh suatu definisi tertentu, melainkan iman yang berasal dari pendengaran kita. Kita bersama-sama menyadari bahwa kita memiliki keterbatasan, namun keterbatasan itu ditutupi oleh sikap egoisme dan ‘sok kuat’ kita. Kesederhanaan menjadi poin utama yang dibutuhkan oleh diri kita masing-masing. Kesederhanaan menjadi kunci untuk mendengarkan sabda-sabda Allah. Dengan kesederhanaan dalam pola hidup, perkataan, pikiran dan perbuatan kita, iman yang sesungguhnya akan muncul. Sebagaimana seorang perwira dalam bacaan hari ini, ia menunjukan kita kesederhanan. Kesederhaan yang mampu menghadirkan “iman yang sebesar ini”. Menjadi suatu pertanyaan refleksi bagi diri kita, apakah kita mau mendengarkan apa yang Allah sabdakan bagi diri kita?
Fr. Vincent Pratama Duslam