Selasa, 13 September 2022
Peringatan Wajib, St. Yohanes Krisostomus
Bacaan Pertama : 1Kor. 12:12-14,27-31a;
Mazmur Tanggapan : Mzm. 100:2,3,4,5;
Bacaan Injil : Luk. 7:11-17.
Saudara-saudariku, ada ajakan yang menarik di akhir bacaan pertama. Ajakan itu adalah ajakan untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama (1 Korintus 12, 31). Itulah panggilan juga pengingat bagi setiap anggota tubuh Gereja untuk sadar akan identitasnya. Dinamika ini ada persis dalam kehidupan menggereja baik secara liturgis maupun secara praktis.
Lantas untuk apa sebenarnya ajakan untuk berusaha memperoleh karunia-karunia itu? Setidaknya alasan dari memperoleh karunia-karunia itu adalah untuk saling ‘memperkaya’ satu sama lain dan terutama ada untuk kesatuan atau persatuan anggota tubuh. Bagaimana cara agar kita beroleh karunia itu? Setidaknya melalui kasih, menggerakkan hati. Persis dengan apa yang dilakukan oleh Yesus dalam bacaan Injil. Kasih di sini bukanlah kasih yang pasif. Namun kasih yang aktif. Kasih yang membangkitkan dan memberikan ‘nyawa’ bagi sesama.
Kita pun dapat melihat kesadaran mengasihi seperti yang dilakukan oleh St, Yohanes Krisostomus. Dikisahkan ia pernah menegur ratu Eudoxia yang hidup mewah dan boros. Bahkan akibat teguran yang dilayangkannya sang santo harus mengalami pembuangan hingga akhirnya mati dalam perjalanan menuju kembali ke kotanya. Tindakan menegur itu adalah Tindakan kasih yang aktif yang diberikan oleh sang santo. Ia tidak ingin membiarkan salah satu anggotanya jatuh dalam kesedihan atau kehancuran. Itulah mengapa ia menegur dan mengingatkannya. Dan nyatanya itulah karunia yang St. Yohanes Krisostomus berikan untuk keutuhan tubuh dalam Gereja. Lantas bagaimana dengan kita sendiri? Sudahkah menemukan atau berusaha memperoleh karunia-karunia yang Tuhan berikan?
