Puasa Sebagai Kerinduan Akan Allah

Loading

Renungan, Jumat 24 Februari 2023

Bacaan Pertama          : Yesaya 58: 1-9a
Mazmur Tanggapan    : Mazmur 51: 3-4,5-6a, 18-19
Bacaan Injil                 : Matius 9: 14-15    

Saudara-saudari terkasih, pada hari Jumat setelah Rabu Abu ini, bacaan-bacaan mengingatkan kita pada hal berpuasa. Seringkali kita menganggap bahwa puasa adalah hal yang membuat penderitaan. Bagaimana kita menderita karena menahan lapar, bagaimana kita menderita karena menjalani kewajiban agama yang mengharuskan untuk berpuasa. Akan tetapi, puasa yang dimaksudkan bukan seperti itu. Hari ini Yesus menerangkan secara jelas kepada kita apa yang dimaksudkan puasa itu.

Saudara-saudari terkasih, secara khusus pada Bacaan Injil hari ini, Yesus meluruskan paham puasa yang dipertanyakan oleh murid-murid Yohanes. Puasa bukanlah perihal tidak makan atau tidak minum. Puasa bukan juga perihal menjalankan kewajiban Agama yang mengharuskan untuk berpuasa. Jauh dari itu semua, puasa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah sebagai upaya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Seringkali diri kita ini jauh oleh Allah karena kesibukan dan aktivitas kita sehari-hari. Maka melalui puasa ini lah kita diajak untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan kasih Allah yang sesungguhnya.

Hal praktis yang dapat kita lakukan adalah bagaimana dapat menarik diri dari hal-hal duniawi untuk dapat masuk dalam permenungan diri. Dalam permenungan diri ini kita dapat melihat kembali ke kebelakang untuk melihat apa saja hal-hal yang membuat diri kita jauh dari Allah. Dengan permenungan ini, seseorang akan mengalami kerinduan akan kasih Allah. Selama ini Allah mengasihi kita semua akan tetapi karena hal-hal duniawi membuat hati kita tertutup akan Kasih Allah.

Setelah menyadari bahwa Allah sungguh mengasihi kita, maka kita pun hendaknya membagikan Kasih Allah kepada sesama kita. Kepada sesama bukan hanya kepada manusia saja. Akan tetapi kepada mahluk hidup lainnya seperti alam dan hewan. Kita sama-sama mengetahui bahwa saat ini Alam membuthkan perhatian lebih dari manusia yang mengelola. Maka dari itu, sebagai wujud dari puasa ini kita juga dapat memberikan perhatian kepada Alam seperti melakukan penghematan air, sumber daya alam, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan alam. Kepada sesama manusia kita pun juga dapat saling berbagi perasaan. Konkretnya yang dapat kita lakukan dalam masa puasa ini adalah membagikan sedikit rezeki seperti makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya kepada sesama kita yang membutuhkan.

Saudara-saudari, sebagai kesimpulan permenungan pada hari ini marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah puasa yang kita lakukan selama ini hanyalah sebatas kewajiban menjalankan aturan agama atau sebagai bentuk pendekatan diri kita kepada Allah? Kemudian dalam menjalankan puasa apakah kita sudah melaksanakannya dengan tulus hati atau mengharapkan suatu imbalan saja?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Enable Notifications OK No thanks