Pertemuan Ketiga Diskusi Apologetika: Memahami Doa dan Kitab Suci

Loading

Diakon, doa yang seperti apa sih yang akan dikabulkan?”

Sekali lagi, sesi Diskusi Apologetika yang kembali diselenggarakan oleh Gereja Mahasiswa Keuskupan Bogor, dibuka dengan sebuah pertanyaan pemancing yang mengundang riuh penasaran dari para mahasiswa. Sesi diskusi yang berlangsung pada hari Minggu, tanggal 5 Maret 2023 ini merupakan pertemuan ketiga yang menjadi rangkaian acara dari diskusi yang diadakan sebelumnya. Tema yang diangkat pada kesempatan ini adalah “Doa dan Kitab Suci” dan difasilitasi oleh Diakon Ardha yang saat ini tengah bertugas menjadi formator di Seminari Stella Maris. Walaupun terkesan berat, namun antusiasme peserta yang merupakan perwakilan dari KMK-KMK perguruan tinggi di wilayah Bogor dan sekitarnya terbilang cukup tinggi. Dalam prosesnya, banyak pertanyaan-pertanyaan mengenai doa yang akhirnya menjadi fokus utama dalam diskusi yang terjadi.

Mengapa memahami doa dalam ajaran Katolik itu penting?

Diakon Ardha membuka sesi dengan menyampaikan bahwa doa dan Kitab Suci merupakan tema yang fundamental dalam ajaran Katolik. Secara khusus, doa merupakan cara manusia berkomunikasi untuk membangun relasi dengan Allah sendiri. Dalam memahami doa, penting untuk menyadari bahwa doa adalah sebuah proses pengalaman, bukan sekedar pemahaman. Artinya, doa perlu dilakukan dan dialami secara terus menerus hingga tercapai sebuah proses komunikasi dan relasi yang jujur dan intim.

Hal tersebut sejalan dengan iman Katolik sendiri, bahwa pertama-tama relasi antara Allah dan manusia bukanlah menjadi inisiasi dari manusia itu sendiri. Relasi tersebut menjadi istimewa karena terlebih dahulu Allah sendiri lah yang berinisiatif untuk membuka komunikasi serta menyapa manusia secara khusus melalui Yesus Kristus. Dengan demikian, relasi tersebut bersifat dua arah secara konkret dan real.

Doa dalam ajaran Katolik dibuka dengan tanda salib yang merupakan tanda kemenangan. Tetapi lebih dari itu, tanda salib sekaligus juga merupakan bagian dari doa yang mengingatkan kita kepada Allah dan misteri Allah Tritunggal, juga akan janji baptis, misteri inkarnasi, dan penyertaan Allah dalam karya sehari-hari.

Bagaimana agar doa dikabulkan?

Seperti pada sesi-sesi diskusi sebelumnya, para mahasiswa diminta mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan topik bahasan hari tersebut kepada pemateri. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul biasanya berasal dari kegelisahan dan pertanyaan pribadi yang ingin diketahui jawabannya oleh mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang muncul pada kesempatan ini adalah bagaimana mengenai cara berdoa yang efektif agar doa tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk dikabulkan?

Sebagai jawabannya, Diakon Ardha justru mengajak para mahasiswa untuk melihat kembali, seperti apakah relasi yang kita bangun bersama Allah melalui doa yang dilakukan selama ini. Apakah selama ini kita menjadikan Allah semata-mata sebagai sarana pemuasan ego kita saja? Apakah selama ini doa menjadi kesempatan untuk meminta dan menyuruh Allah memenuhi ego dan kepentingan kita semata? Doa adalah cara berkomunikasi dan cara kita menjawab Allah yang ingin membangun persahabatan dengan manusia sejak awal mulanya.

Ada banyak cara untuk berelasi dengan Tuhan, yang bisa dilakukan melalui doa yang bersifat formal maupun informal. Doa formal/ resmi merupakan doa-doa yang telah diatur susunannya dalam liturgi, sedangkan ada juga cara berdoa yang dikembalikan kepada pribadi masing-masing dalam bentuk devosi maupun doa pribadi. Dalam doa devosi/ pribadi inilah kita bisa mengalami pengalaman personal dengan Allah berdasarkan kondisi kita masing-masing.

Berdoa secara jujur

Sebelum menutup acara Diskusi Apologetika pada kesempatan ini, Diakon Ardha menyampaikan sebuah closing statement yang terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah sebuah pesan untuk para mahasiswa berdoa secara jujur. Seringkali kita sudah menempatkan sebuah ekspektasi tinggi dalam hal doa, di mana Allah justru kita jadikan pesuruh untuk memuaskan ambisi dan kepentingan kita. Mengubah cara doa dan mental state pada saat berdoa semoga menjadi awal mula relasi baru yang lebih intim dengan Allah.

Selain itu, Diakon Ardha juga menitipkan permintaan untuk para mahasiswa turut mendoakan perjalanan panggilan para imam dan calon-calon imam di Keuskupan Bogor. “Bawalah kami dalam doa-doa kalian ya, kami juga manusia yang memerlukan banyak doa kalian agar selalu dapat melayani dalam panggilan ini,” ujar Diakon Ardha sembari menutup sesi diiringi seruan kesanggupan dari para mahasiswa.

Penulis: Gereja Mahasiswa

This entry was posted in Tak Berkategori. Bookmark the permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!