Kol. 1:24-2:3; Mzm. 62:6-7,9; Luk. 6:6-11
Apa yang akan kita lakukan ketika dihadapkan dengan pilihan yang sulit? Contohnya dalam pekerjaan atau profesi kita masing-masing. Ketika ingin naik jabatan, kita diberikan pilihan untuk memilih jabatan tapi meninggalkan Tuhan, atau meninggalkan Tuhan tapi mendapatkan jabatan. Apa yang harus kita pilih? Tuhan atau jabatan? Jabatan memberikan kita jaminan hidup yang lebih baik, income dapat meningkat, kebutuhan bisa terpenuhi. Apakah dengan memilih Tuhan, semuanya itu bisa kita dapatkan?
Saudara-saudari yang terkasih, Injil pada hari ini mengisahkan bagaimana Yesus dimata-matai oleh orang Farisi. Yesus dicurigai akan menyembuhkan orang pada hari sabat. Hari Sabat diyakini oleh orang Yahudi bahwa tidak boleh ada pekerjaan yang harus dilakukan. Yesus dengan kesadaran-Nya, tidak serta merta menghiraukan orang yang mati tangannya itu. Ia lebih memilih menyembuhkan orang yang mati tangannya dibandingkan dengan kecurigaan orang lain terhadap diri-Nya.
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, contoh bagaimana pilihan-pilihan itu seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Bahkan tidak sedikit juga pilihan itu membuat kita jauh dari Tuhan. Mengapa demikian? Karena apa yang ditawarkan oleh dunia lebih menggugah kepuasan jasmani, dibandingkan dengan pemenuhan rohani kita. Kepuasan jasmani lebih berdampak dalam kehidupan kita, seperti harta, kekuasaan, seksual, dan lain sebagainya. Kepuasan rohani tidak bisa kita rasakan secara fisik, bahkan kita tidak tahu seperti apa rasanya.
Pada saat ini, mungkin kita merasakan hal tersebut. Memilih hal jasmani itu memiliki dampak langsung yang dapat kita nikmati. Tetapi memilih Tuhan jauh lebih nikmat dibandingkan kepuasan jasmani. Mengapa? Dalam bacaan pertama ditegaskan, “Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” Harta bisa lenyap, tapi hikmat dan pengetahuan mengendap. Oleh karena itu, kita diajak untuk memilih Tuhan dalam berbagai macam pilihan hidup kita. Dengan demikian, apa yang kita perjuangkan, apa yang menjadi pilihan hidup ini, kembali kepada Allah. Tuhan memberkati.
Fr Mateus Elbert Biliyandi – Tingkat 4