Bagaimana Cara Bahagia?

Bacaan Pertama          : Kol. 3:1-11

Bacaan Injil                 : Luk. 6:20-26

Saudara-saudari terkasih, di dunia ini siapa yang tidak menghendaki kebahagiaan? Siapa yang tidak menghendaki berkat? tentu kita sebagai umat manusia menghendaki kebahagiaan dan berkat. Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan. Setiap orang menginginkan berkat. Dan setiap orang menghindari celaka. Bacaan Injil hari sekilas terdapat kontradiksi atau pertentangan dengan apa yang kita pahami.

Dalam bacaan Injil hari ini dikatakan bahwa ‘berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, Karena kamu akan dipuaskan, Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa’, dan ucapan lainnya. Pemahaman kita tentang kebahagian adalah ketika kita mendapat kekayaan, merasa kenyang, dalam keadaan tertawa, merasa dianggap oleh orang lain, dan lain sebagainya. Namun, apa yang dimaksudkan oleh Yesus itu berbeda dengan apa yang kita pahami.

Dalam konteks bacaan Injil hari ini, Yesus ingin menghibur orang-orang yang miskin, orang yang berduka, orang yang kelaparan, dikucilkan, dan orang yang tersingkirkan. Perkataan Yesus ini ingin menunjukkan bahwa orang-orang yang dianggap lemah dan tidak berdaya itu sungguh diperhatikan oleh-Nya. Yesus memiliki perhatian lebih kepada mereka, karena dalam keadaan terpuruk dan terjatuh, orang-orang seperti itu justru yang mengingat Allah, orang-orang seperti itu yang mengandalkan dan menyerahkan dirinya kepada Allah.

Menjadi orang yang kaya, berkecukupan, bersukacita, dan orang yang dianggap oleh orang lain tidaklah salah. Tetapi menjadi salah, ketika kita membanggakan usaha kita, kekayaan kita, dan menunjukkan kesombongan kita. Menjadi benar ketika kita mau memperhatikan orang-orang kecil, lemah, dan tersingkirkan seperti apa yang dilakukan oleh Yesus.

Saudara-sudari yang terkasih, Bacaan Injil hari ini sungguh mengajak kita dan membawa kita kepada permenungan bahwa apa yang ada di dunia ini tidak akan kita bawa sampai pada kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu, bersyukurlah dan berempati dengan orang-orang yang lemah itu dan bertanya kepada diri kita sendiri, maukah kita merawat dan menolong saudara-saudari kita yang berkesusahan?

Fr. Emanuel Bryan Aldo Pradipta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks