Kamis, 14 September 2023
Pesta Salib Suci
Bacaan I: Bil. 21:4b-9
Mazmur: 78:1bc-2.34-45.35-36.38
Bacaan II: Flp. 2:6-11
Bacaan Injil: Yoh. 3:13-17
Hari ini Gereja Universal merayakan Pesta Salib Suci. Pesta Salib Suci merupakan hari yang penting bagi kita orang Kristiani. Penting karena Salib memberi arti yang berbeda (baru) dari pemahaman orang Yunani dan Yahudi, dimana dalam konteks mereka saat itu, salib adalah tanda kehinaan dan kebodohan. Sedangkan bagi kita orang Kristiani, salib memiliki makna berbeda, yakni sebagai tanda iman, harapan dan cinta kasih Allah yang tak terbatas kepada manusia. Salib menjadi sumber iman, harapan dan kasih kita. Kasih Allah yang tak terbatas itu ditunjukkan dengan Allah mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita (manusia) dari segala belenggu maut (dosa).
Penyelamatan itu dilaksanakan Yesus melalui peristiwa sengsara, wafat di salib dan dibangkitkan pada hari ketiga. Sebagaimana yang dikatakan dalam bacaan kedua bahwa “Yesus sungguh-sungguh mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama seperti manusia”. Dengan pengosongan diri itulah, “Allah meninggikan Dia (Yesus) dan menganugerahkan nama di atas segala nama”. Itulah sebabnya, salib adalah jalan untuk memperoleh keselamatan.
Hal memperoleh keselamatan itu ditegaskan secara eksplisit dalam Injil bahwa kedatangan Yesus ke dunia adalah sebagai jalan bagi kita (manusia) untuk memperoleh keselamatan. Keselamatan itu dapat diperoleh, baik di dunia maupun di surga. Yang dimaksud dengan memperoleh keselamatan di dunia adalah bahwa jika kita percaya dan menyerahkan diri secara total (mengosongkan diri) terutama segala perkara yang kita alami dalam kehidupan ke dalam tangan Allah, melalui Putra-Nya yang telah sengsara, wafat dan dibangkitkan, maka kita akan dimampukan untuk melewatinya.
Sebagaimana yang dialami oleh Bangsa Israel, yaitu bahwa ketika mereka mengalami pencobaan, lalu mereka datang pada Musa, mengakui perbuatan mereka bahwa mereka telah berdosa melawan Allah. Mereka lalu meminta Musa untuk berseru kepada Allah agar mereka dapat dijauhkan dari ular-ular yang memagut mereka. Kemudian Allah meminta Musa untuk membuat ular tedung dan menaruhnya di atas tiang. Allah kemudian berjanji bahwa setiap orang yang melihat ular tedung itu, akan memperoleh kehidupan. Sementara yang dimaksud dengan memperoleh keselamatan di surga adalah keselamatan yang bersifat eskatologis, yaitu keselamatan yang akan kita peroleh sesudah kematian.
Akhirnya pada Pesta Salib Suci yang kita rayakan pada hari ini, kita diingatkan kembali akan makna dari salib bagi kita. Bahwa apakah makna salib, hanya dilihat sebagai tanda bahwa ada orang yang pernah dihukum mati di salib? Dan salib adalah sebuah benda biasa saja? Atau lebih daripada itu adalah bahwa salib adalah pokok keselamatan, kehidupan dan kebangkitan, dan menjadi sumber penebusan dan pembebasan bagi kita. Jika salib menjadi sumber penebusan dan pembebasan kita, maka bermegahlah dalam salib, sebab salib adalah pembebas kita.
Fr. Vabianus Louk – Seminaris Skolastikat IV