Pembukaan Pekan Misi Nasional 2023 di Keuskupan Bogor 

KEUSKUPANBOGOR.ORG- Bulan Oktober menjadi bulan yang istimewa, pasalnya Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (BN KKI) memberikan kepercayaan kepada Keuskupan Bogor untuk menjadi tuan rumah penyelenggara Pekan Misi Nasional. Melalui Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) dan Komisi Karya Misioner (KKM) Keuskupan Bogor, Pekan Misi Nasional dilaksanakan dalam bentuk satu kesatuan gerakan misi bersama dengan Komisi Ekologi Keuskupan Bogor yaitu dengan mengadakan rangkaian kegiatan yang menggaungkan semangat misi melalui gerakan pertobatan ekologis. 

Dengan menghidupkan semangat sinodal yaitu jalan bersama, Komisi KKI-KKM bersinergi bersama komisi-komisi lainnya di Keuskupan Bogor seperti Komisi Ekologi, Komisi Komunikasi Sosial, serta Komisi Kateketik. Kegiatan ini pun turut pula melibatkan kelompok kategorial yang ada di Keuskupan Bogor serta para mitra dan pemangku kebijakan masyarakat di luar Gereja. 

Gelaran Pekan Misi Nasional dibuka secara resmi pada hari Minggu, 1 Oktober 2023 yang bertempat di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata, Cibubur. Pembukaan Pekan Misi Nasional diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dirayakan secara konselebrasi dipimpin oleh RD Yohanes Suparta selaku Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor, didampingi RD Markus Nur Widipranoto selaku Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia (Dirnas KKI), RD Yosef Irianto Segu selaku Direktur Diosesan (Dirdios) KKI Keuskupan Bogor, RD Bonifasius Heribertus Beke selaku Ketua KKM Keuskupan Bogor, RD Antonius Garbito Pamboaji selaku Pastor Moderator KKI Dekanat Barat, RD Wolfgang Amadeus Mario Sara selaku Pastor Moderator KKI Dekanat Selatan dan Diakon Bartolomeus Richard Patty. 

Bulan Oktober, Bulan Misi Luar Biasa

Tema yang diangkat pada Pekan Misi Nasional di tahun ini adalah Hati Berkobar-kobar, dan Kaki Bergegas Untuk Mewartakan Sukacita Injil Tuhan. Tema tersebut mengingatkan kita bahwa betapa pentingnya untuk mewartakan Injil sebagai tugas misi Gereja dan kita diajak untuk ikut serta melaksanakan karya penyelamatan Yesus Kristus tersebut.

Pekan Misi Nasional diadakan setiap bulan Oktober, karena Gereja memilih dan mengintensikan bahwa bulan Oktober sebagai waktu istimewa untuk mengembangkan karya misi Gereja. 

“Setiap Minggu kedua terakhir bulan Oktober, Gereja merayakan Minggu Misi Sedunia dan pada tahun ini sudah menginjak ke 97 tahun dan pada tahun 2019 lalu, Paus Fransiskus menetapkan bulan Oktober sebagai bulan misi luar biasa. Dan mengapa bulan Oktober dipilih sebagai bulan misi luar biasa? karena Setiap tanggal 1 Oktober adalah Peringatan Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus merupakan Santa pelindung karya misi, maka Gereja memilih bulan Oktober menjadi waktu yang istimewa untuk meningkatkan karya misi,” tutur RD Markus Nur Widipranoto. 

Lebih lanjut, Pastor Diosesan Keuskupan Agung Semarang tersebut pun menegaskan bahwa umat Katolik sejak dibaptis mendapatkan dua rahmat. Rahmat yang pertama adalah tergabung menjadi anggota keluarga Gereja, dan rahmat yang kedua adalah rahmat perutusan mewartakan Injil. Maka melalui bulan misi luar biasa ini, perlulah kita semua meningkatkan kesadaran untuk bermisi mewartakan Injil melalui kata-kata maupun tindakan. 

Talkshow Seputar Misi 

Usai Perayaan Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan talkshow bersama RD Markus Nur Widipranoto, dan RD Bonifasius Heribertus Beke. Dalam perbincangan santai namun akrab tersebut, masing-masing narasumber menceritakan mengenai pengalaman dalam bermisi serta pandangan tentang apa itu misi. 

Mengawali perbincangan, RD Markus Nur Widipranoto menyampaikan bahwa bermisi adalah mewartakan Injil melalui kata-kata dan perbuatan dan bermisi perlulah menjadi bagian dari gaya hidup. Bermisi adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap orang Katolik yang telah dibaptis karena boleh dikatakan bahwa tanpa misi, Gereja dapat mati. 

“Jika sebagai orang Katolik tidak menjalankan misi, maka kita menyangkal jati diri kita,” tegas Pastor yang akrab disapa Romo Nur Widi tersebut. 

RD Bonifasius Heribertus Beke, seorang Pastor Diosesan Keuskupan Bogor yang pernah bertugas misi di Keuskupan Tanjung Selor menceritakan pengalamannya dalam menjalani misi di wilayah utara Pulau Kalimantan. Ia mengatakan awalnya Ia merasakan kecemasan dan ketakutan di awal menjalani misi, namun kecemasan dan ketakutan tersebut sirna karena nyatanya umat disana menerima dirinya dengan baik. 

Pastor Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata, Cibubur tersebut pun mengungkapkan bahwa bermisi adalah berani untuk memanggul salib dan menderita demi kemuliaan Tuhan di dalam kehidupan ini. Maka, untuk dapat kuat dalam memanggul salib, menurutnya perlulah kita bersekutu kepada Tuhan. 

Kemudian, ada pula Salvador yang merupakan anggota KKM Keuskupan Bogor yang membagikan kisahnya sebagai seorang awam yang menjalani perjalanan misi ke Kalimantan Utara pada tahun 2018 lalu. Ia dan teman-temannya yang tergabung dalam KKM, pergi ke beberapa stasi yang berada di Paroki Maria Bunda Karmel, Mansalong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara untuk bermisi. 

Pada akhirnya, melalui pengalaman-pengalaman yang dibagikan melalui perbincangan tersebut dapat ditarik sebuah pesan bermakna bahwa bermisi merupakan sebuah kewajiban karena sebagai pengikut Yesus Kristus, kita pun turut menjadi rekan seperjalanan-Nya dalam mewartakan kabar sukacita. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks