Monsinyur Paskalis Beraudiensi Bersama Seminaris Seminari Menengah Stella Maris, Ajak Untuk Rajin Berdoa 

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG- Perjalanan Kirab Misi dalam rangka perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor ke 75 kini telah sampai di Seminari Menengah Stella Maris yang berada di Perumahan Telaga Kahuripan, Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Perarakan patung Bunda Maria serta Salib Misi pada hari Sabtu (27/4/2024) pagi diawali dari Wisma Unio menuju Kapel Seminari Menengah Stella Maris.

Usai perarakan, kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur. Pada saat homili, Monsinyur Paskalis menyampaikan bahwa kita patut bersyukur dalam perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor yang ke 75 ini karena banyak orang yang terlibat dalam membangun Gereja Keuskupan.

“Saya merenungkan bagaimana caranya kita mampu membangun Gereja Keuskupan kita seperti sekarang ini kalau bukan karena dorongan dari Tuhan yang kita imani sebagai Tuhan yang hidup? Tuhan menyampaikan pesan kepada kita semua agar kita mewartakan bahwa beriman kepada Tuhan adalah pilihan tepat dan bermakna untuk membangun kehidupan kita saat ini,” tutur Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia tersebut.

Lebih lanjut, Monsinyur Paskalis menyampaikan bahwa perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor ditandai dengan perarakan salib misi dan patung Bunda Maria yang menandai identitas iman kekatolikan yang kita miliki. Tradisi ini diciptakan yang diambil dari pemahaman dan iman akan Tuhan yang menjadi manusia yang diberitakan kepada kita di dalam Kitab Suci dan Magisterium Gereja. 

“Dengan merayakan perayaan ulang tahun Keuskupan Bogor melalui Kirab Misi ini mari kita semakin meneguhkan iman kita kepada Tuhan karena kita semua diutus untuk mewartakan kabar baik serta menciptakan tempat yang menggambarkan keselamatan bagi semua orang,” pesan Monsinyur Paskalis. 

Kirab Misi Sebagai Sarana Peneguhan Iman

“Seminari Menengah Stella Maris menjadi satu-satunya komunitas hidup bakti yang menjadi tuan rumah dalam perhentian Kirab Misi, ini menjadi sesuatu hal yang membanggakan sekaligus menjadi suatu tanda bahwa kita adalah satu kesatuan bagian dari Keuskupan Bogor,” tutur RD Agustinus Wimbodo Purnomo selaku Rektor Seminari Menengah Stella Maris dalam sambutannya. 

Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa apa yang dicanangkan Keuskupan Bogor dalam perayaan ulang tahunnya yang ke 75, maka kita harus berjalan bersama dengan Uskup, Imam, tarekat religius dengan caranya masing-masing. 

“Saya mewakili formator di tempat ini mengucapkan terima kasih atas dukungan kepada kami untuk menjadi komunitas yang menjadi bagian dalam Keuskupan Bogor, mari kita bersama menikmati rahmat anugerah di tempat ini terutama bagi para seminaris yang akan menjadi calon Imam,” tuturnya. 

Hal tersebut seturut dengan yang disampaikan oleh Monsinyur Paskalis yang mengatakan bahwa peran kehadiran Seminari Menengah Stella Maris di Keuskupan Bogor sungguh luar biasa karena menyiapkan calon-calon Imam di masa depan. 

“Banyak figur Imam hebat yang lahir dari Seminari Menengah Stella Maris, maka sebagai seorang Uskup Keuskupan Bogor saya harap para seminaris di tempat ini dapat terus bersukacita dan bergembira menghidupi panggilan sebagai seorang calon Imam karena para seminaris ini lah yang nantinya akan mewartakan kabar gembira ke seluruh penjuru dunia,” tutur Monsinyur Paskalis. 

Lebih lanjut, Monsinyur Paskalis menyampaikan bahwa Keuskupan Bogor selalu siap untuk memberikan yang terbaik dalam memformat seminaris sebagai seorang calon Imam. 

“Jika ingin menjadi Imam, maka harus dipupuk terus dengan doa untuk menumbuhkan tekad kuat di dalam diri. Kalau tidak berdoa, akan sulit menjadi calon Imam! Jadi isilah keseharian kalian dengan doa, dan aktivitas positif lainnya baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Selain itu, milikilah karakter yang baik agar dapat berelasi dengan orang lain. Saya harap Kirab Misi yang diadakan di tempat ini, dapat meneguhkan panggilan menjadi calon Imam dengan tuntunan Bunda Maria. Mari kita berjalan bersama untuk mewujudkan transformasi serta berdialog,” pesan Monsinyur Paskalis kepada para seminaris yang hadir. 

Menjadi Seorang Calon Imam Dituntut Untuk Mengutamakan Doa

Dalam audiensi, para seminaris berkesempatan untuk menanyakan berbagai hal kepada Monsinyur Paskalis. Pertanyaan datang dari seminaris bernama Juan yang menanyakan tentang bagaimana apabila calon Imam merasakan kegalauan akan panggilan. 

Lalu ditanggapi oleh Monsinyur Paskalis dengan menjawab bahwa tatkala mengalami kegalauan akan panggilan adalah dengan tidak mengambil keputusan secara terburu-buru dan lakukanlah discernment. 

“Jika sedang galau akan panggilan, maka pertama-tama luangkan waktu untuk berbicara dengan pembimbing rohani agar dapat diberikan bimbingan dan sudut pandang apakah apa yang dirasakan adalah emosi sesaat atau bukan. Prinsip utama adalah tentu saja luangkan waktu untuk berdoa dan melakukan discernment,” jawab Monsinyur Paskalis. 

Lalu pertanyaan datang dari Andhika yang menanyakan tentang bagaimana menjadi seorang calon Imam di perkembangan zaman era saat ini. Kemudian dijawab oleh Monsinyur Paskalis bahwa apapun keadaan dan perubahan zaman, seorang calon Imam harus memiliki identitas diri. Maka, sebenarnya esensi seorang Imam itu harus kita ketahui. Dalam konteks Gereja Katolik, seorang calon Imam harus kuat akan iman dan kuat cintanya kepada Gereja dan kepada Kristus. 

“Hal mendasar di era apapun, yang terpenting adalah akar kuat akan cinta kepada Gereja Katolik dan Kristus sebagai pengungkapan iman kita. Kalau mau menjadi Imam, di situasi apapun kita harus mencintai Gereja Katolik. Maka menjadi Imam di zaman AI, kita tidak boleh mengikuti arus, tetapi melihat terlebih dahulu apakah pandangan tersebut sejalan dengan ajaran Gereja Katolik. Bagaimanapun seorang calon Imam harus tekun berdoa, dalam konteks seminari hal yang utama adalah aturan harian berdoa yang mesti diikuti secara setia karena hal tersebut menjadi pondasi kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan,” jelas Monsinyur Paskalis. 

Lalu ada pertanyaan dari Egi yang bertanya tentang pengalaman Uskup terkait dengan doa. Lalu ditanggapi oleh Monsinyur Paskalis bahwa baginya doa adalah komunikasi kepada Tuhan. 

“Dalam arti tertentu, komunikasi dengan Tuhan jangan hanya ketika ada masalah yang dihadapi tetapi di seluruh lini kehidupan yang kita jalani. Dalam konteks pengalaman sebagai seorang Uskup, doa adalah cara kita berjalan bersama Tuhan untuk menjalankan tugas karya keselamatan dari Tuhan,” jawabnya.

Kemudian, pertanyaan datang dari Nio yang menanyakan tentang isu yang saat ini tengah hangat dibicarakan tentang Kristen Progresif. 

Lalu ditanggapi dengan bijak oleh Monsinyur Paskalis bahwa Kristen Progresif tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Pertama-tama, kita harus memiliki pemahaman bahwa Gereja Katolik memiliki keyakinan bahwa pencerahan datang dari rahmat yang diberikan oleh Tuhan. 

“Ajaran Kristen Progresif tidaklah sesuai dengan ajaran Iman Katolik karena yang menjadi penentu suatu iman terpusat di diri sendiri. Sedangkan di Gereja Katolik, iman adalah sebuah rahmat yang diberikan oleh Tuhan. Iman bukan terbatas tentang memahami hanya secara akal budi saja tetapi juga bagaimana tuntunan Tuhan membuat kita memahami iman yang kita miliki,” tegasnya. 

Lalu pertanyaan pun bergulir tentang pendidikan seminari, yang ditanyakan oleh Yere sebagai sebuah pengalaman saat promosi panggilan, bahwa banyak orangtua mengurungkan niat untuk memasukan anaknya ke seminari karena keterbatasan biaya. Kemudian pertanyaan tersebut ditanggapi oleh Rektor Seminari Menengah Stella Maris yaitu RD Agustinus Wimbodo Purnomo yang mengatakan bahwa pendidikan adalah prioritas Gereja, entah secara umum maupun dengan konteks khusus pendidikan calon Imam di Seminari. Pendidikan menjadi hal yang terus menerus diperjuangkan, terutama bagi mereka yang mungkin secara ekonomi kesulitan. Pendidikan adalah cara agar manusia semakin menjadi manusia, kesulitan ekonomi akan selalu ada tetapi bukanlah hambatan dalam menjalani pendidikan. 

“Lalu apa korelasi dengan kalian sebagai calon Imam? Korelasinya adalah agar pemahaman bahwa Gereja Katolik peduli akan pendidikan perlu kalian lanjutkan ketika kalian sudah menjadi Imam. Kesulitan pasti akan ada, namun selalu ada jalan dalam menjalani pendidikan,” tegasnya.

Pada akhirnya, Monsinyur Paskalis berpesan kepada para seminaris agar bangga dalam menjalani panggilan saat ini. Dalam tradisi Gereja Katolik, institusi seminari adalah bagian penting dalam formasi panggilan dalam mendidik calon-calon Imam. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks