Jadilah Saksi Kebenaran

Loading

Jangan ragu dan takut untuk memberikan kesaksian. Jadilah saksi kebenaran, karena itu akan meneguhkan iman kita.
Pernyataan tersebut disampaikan RD Thomas Peng An dalam acara Sarasehan dengan umat Wilayah Santo Paskalis Paroki BMV Katedral Bogor, Jumat (19/4). Adapun sarasehan tersebut digelar dalam rangkaian menyongsong ulang tahun ke-75 Keuskupan Bogor.
Sekitar 60 umat Santo Paskalis yang terdiri dari tiga lingkungan, yakni Santa Cecilia, Santo Timotius, dan Santa Klara hadir di kediaman pasutri Roni dan Santi di kawasan Bukit Cimanggu City, Bogor yang dijadikan lokasi sarasehan, sekaligus live in Romo Thomas.
Dikatakan, live in dan sarasehan dimaksudkan agar para imam mengetahui dinamika kehidupan iman umatnya. “Ada 15 imam medior yang melakukan live in dan sarasehan di rumah umat yang tersebar di empat paroki, yaitu Katedral Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Rangkasbitung,” ungkap imam yang ditahbiskan pada 2 Februari 2005 itu.

Saksi kebenaran
Seraya memotivasi umat untuk aktif melayani, Romo Thomas menekankan, menjadi pengurus adalah juga bentuk saksi kebenaran. “Jadi pengurus lingkungan atau wilayah merupakan saksi kebenaran, karena itu jangan ragu menjadi pengurus. Sebaiknya, umat membantu dan mendukung pengurus yang sudah rela melayani,” pintanya.
Sarasehan yang berlangsung hangat itu juga dihadiri tiga ketua lingkungan, Lilia Wahyuni dari lingkungan Santa Cecilia, Tawang Damartanto Lingkungan Santo Timotius, dan Vincenza Gerosa Lina Lingkungan Santa Klara. Dalam testimoninya, tiga ketua lingkungan menceritakan sekelumit pengalamannya dalam menjalankan tugas pelayanan. Tantangan dan kegembiraan yang mereka alami tidak jauh berbeda. Umumnya, keterlibatan umat banyak terlihat saat acara Doa Rosario, ataupun Ziarah Rekreasi. Namun untuk acara Sharing Pendalaman Iman semisal pada masa AAP ataupun APP, partisipasi umat cenderung menurun.
Menanggapi hal itu, Romo Thomas menyarankan perlu cara inovatif dan kreatif untuk memantik partisipasi umat. “Ini adalah masalah klasik yang sering dijumpai di mana pun. Umat hanya datang, duduk, baca, dengar, tanya jawab, makan, pulang. Yang bicara pun orangnya itu-itu lagi. Cobalah berinovasi, kita semua berani bersaksi tentang kebenaran, tentang kebaikan Tuhan dalam kehidupan yang sehari-hari kita alami, pasti akan menumbuhkan iman. Juga bentuk acara agar tidak monoton bisa dengan tampilan opera atau drama yang melibatkan OMK dan anak-anak,” papar imam yang pada awal Mei nanti akan berkantor di Wisma Keuskupan Bogor itu.
Hari Panggilan
Selain menjadi ajang tanya jawab seputar kehidupan menggereja, Romo Thomas juga menyisipkan mengenai pentingnya panggilan untuk menjadi imam, bruder, maupun suster. Hal itu sejalan dengan Hari Panggilan Sedunia ke-61 yang jatuh pada Minggu, 21 April 2024. Dia berharap dengan live in, para imam termasuk dirinya dapat menggugah minat kaum muda untuk menjadi imam.
Live in sendiri mengarah pada kediaman keluarga yang memiliki anak laki-laki. Dalam suasana kekeluargaan, para imam akan berdialog seraya mengisahkan panggilan dan pengalamannya selama bekerja sebagai Gembala.
Ketua Wilayah Santo Paskalis, Antonius Agustino mengapresiasi ajang live in para imam dan sarasehan. “Dinamika kehidupan umat di Bukit Cimanggu City terus berkembang, dari satu lingkungan, kini jadi tiga lingkungan. Saat pandemi korona, umat tidak “tidur”, tetap menggelar kegiatan iman meskipun secara daring,” jelasnya.
Senada, Ketua Lingkungan Santa Klara, Vincenza Gerosa Lina menambahkan, acara Live In dan Sarasehan, bagus dirutinkan. “Namun agar lebih mengena, durasi live in dan kegiatan iman sebaiknya ditambah, jangan hanya sehari,” usulnya.
(Ignatius Herjanjam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!