KEUSKUPANBOGOR.ORG- Menjelang perayaan hari ulang tahunnya yang ke-75, Yayasan Mardi Yuana Keuskupan Bogor menggelar podcast bincang-bincang santai yang bertema “Saya Bisa” pada hari Kamis (1/8/2024) yang disiarkan secara langsung melalui Kanal YouTube Yayasan Mardi Yuana Official. Dalam podcast ini, RD Yohanes Suparta, RD Stefanus Sri Haryono Putro dan Juliana Siswodwirahayu didapuk menjadi narasumber.
Podcast ini bertujuan untuk memberikan gambaran usaha yang telah dilakukan oleh Pengurus Yayasan Mardi Yuana dalam menghidupkan semangat dan spiritualitas pendiri dalam keberlanjutan yayasan tersebut, serta memaknai perjalanan Yayasan Mardi Yuana yang telah menginjak usianya yang ke-75.
Sejarah Mardi Yuana
RD Stefanus Sri Haryono Putro selaku Ketua Pengurus Yayasan Mardi Yuana Keuskupan Bogor mengawali bincang-bincang dengan menyampaikan awal mula sejarah berdirinya Yayasan Mardi Yuana yang dimulai pada tahun 1936 dengan didirikannya Yayasan Clever yang menangani pendidikan di sekolah-sekolah di Sukabumi. Kemudian pada tahun 1939 Yayasan Clever digantikan perannya oleh Yayasan Odorikus hingga akhirnya pada tahun 1949, Yayasan Mardi Juana (yang saat ini lebih dikenal sebagai Yayasan Mardi Yuana) menjadi yayasan yang menangani pendidikan di sekolah-sekolah yang berada di Sukabumi. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 26 agustus 1949, Yayasan Mardi Yuana disahkan menjadi badan hukum.
Usai kemerdekaan Indonesia, masyarakat Jawa Barat banyak yang termotivasi untuk hidup ke arah yang lebih baik melalui pendidikan. Situasi tersebut menjadi motivasi bagi para
Pastor Fransiskan yang kemudian menyatakan dukungan kepada pimpinan Prefek Apostolik Sukabumi untuk mendirikan sekolah-sekolah. Pada awalnya sekolah yang didirikan baru sekolah dasar yang didirikan di daerah perkebunan, kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Lebak. Para Pastor Fransiskan menjalin kerjasama dengan pihak perkebunan untuk penyelenggaraan pendidikan anak-anak pegawai perkebunan. Bentuk kerjasamanya adalah Yayasan Mardi Yuana bertanggung jawab menyelenggarakan sekolah, menyediakan guru, dan proses pembelajaran, sedangkan pihak perkebunan bertanggung jawab atas gedung sekolah, sarana dan prasarana pembelajaran, serta pembayaran gaji guru pegawai. Kerjasama tersebut berakhir pada tahun 1970an dan semua menjadi tanggung jawab Yayasan Mardi Yuana hingga sekarang ini.
Pastor Hari pun menyampaikan bahwa makna dari Mardi Yuana sendiri adalah usaha membimbing anak muda ke arah kedewasaan yang mandiri. Nama Mardi Yuana dicetuskan oleh RD Ambrosius Sukarjan Adikarno, selain itu beliau juga menciptakan Mars Mardi Yuana. Sedangkan hymne Mardi Yuana diciptakan oleh Budi Usidianto.
Spiritualitas Mgr Geise
“Monsinyur Geise adalah sosok yang memperhatikan pendidikan. Perjuangannya dalam dunia pendidikan dilakukan jauh sebelum beliau menjadi seorang Uskup,” tutur RD Yohanes Suparta selaku anggota Pembina Yayasan Mardi Yuana Keuskupan Bogor.
Dalam pemaparannya, Pastor Suparta menyampaikan bahwa Mgr Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise yang merupakan Uskup pertama Keuskupan Bogor adalah seorang Gembala yang begitu memperhatikan pendidikan bagi masyarakat Jawa Barat. Dalam setiap karya Monsinyur Geise, Ia selalu mengedepankan pendidikan. Bagi Monsinyur Geise, pendidikan dapat mentransformasi kehidupan manusia. Karya baik dan karya yang dapat membawa keselamatan adalah pendidikan. Karena pendidikan dapat mengubah cara berpikir, bertindak serta berperan dalam kebudayaan manusia.
“Jejak karya yang ditinggalkan oleh Monsinyur Geise salah satunya adalah Universitas Katolik Parahyangan, kemudian ada begitu banyak sekolah yang berada dalam lingkup Yayasan Mardi Yuana. Selain itu, ada pula karya sosial yang dikembangkan oleh Monsinyur Geise yaitu Panti Asuhan santo Yusuf dan Rumah Sakit Misi,” tutur Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor tersebut.
Lebih lanjut, Ia menegaskan bahwa Monsinyur Geise tidak hanya mengajarkan namun juga memberikan teladan. nilai-nilai yang dapat kita teladani ialah bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk ibadah bagi Tuhan, maka dalam pendidikan harus membawa kelegaan dan sukacita karena pendidikan diperuntukan untuk siapapun.
Perkembangan Mardi Yuana
Beralih ke Ibu Juliana Siswodwirahayu yang merupakan Kepala Sekolah Dasar Mardi Yuana Bogor yang memaparkan terkait perkembangan Mardi Yuana. Ia menyampaikan bahwa banyak perkembangan yang terjadi. Pertama, dari segi fisik bangunan yang sarana dan prasarananya terus menerus diperbaiki.
Kedua, segi pendidikan karakter yaitu pendidikan yang sanggup mengembangkan serta membina watak yang baik bagi siswa dan siswi. Selain itu ada nilai-nilai disiplin yang ditekankan pada pribadi siswa dan siswi. Rasa nasionalisme dan mengingat akan sejarah pendiri juga menjadi nilai yang ditanamkan di dalamnya. Pendidikan karakter ini tidak hanya disampaikan melalui ucapan namun juga melalui tindakan serta aktivitas yang dilakukan.
Ketiga, pendidikan yang sederhana namun bermutu. Imbas era digitalisasi, para pendidik maupun peserta didik terus beradaptasi serta bertransformasi dalam perkembangan teknologi yang ada.
“Yayasan Mardi Yuana terus mengedepankan nilai-nilai yang ditanamkan oleh Monsinyur Geise. Meskipun perkembangan zaman terus bergulir, nilai-nilai tersebut tidak lekang oleh waktu. Nilai-nilai karakter akan terus menjadi nilai yang penting bagi kami yang bergerak dalam dunia pendidikan,” tutup Ibu Juliana.
Sejarah, perkembangan, tantangan, serta upaya dari Yayasan Mardi Yuana dalam menjaga keberlanjutannya hingga mencapai usia yang ke 75 tahun merupakan sebuah capaian usia yang luar biasa. Dengan harapan perayaan 75 tahun ini bukan hanya sekedar selebrasi tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kehadiran dan semangat Monsinyur Geise di dalam Yayasan Mardi Yuana.
Tetap semangat dan terus berusaha karena saya bisa, kita semua bisa! Viva Mardi Yuana!