Di minggu pertama bulan Agustus 2024 ini menjadi hari spesial bagi gereja HKY. Pasalnya, tiba gilirannya menjadi tempat persinggahan patung Bunda Maria dan Salib Yesus dalam kirab Misi.
Di bulan yang ke 4, menjadi tuan rumah ke 18, setelah diarak pertama kalinya dari BMV Katedral pada minggu pertama bulan April 2024, lalu kemudian singgah selama satu minggu di masing-masing paroki/ Stasi/ seminari di keuskupan Bogor.
Kirab misi ini sendiri adalah suatu bentuk syukur hadirnya keuskupan Bogor yang telah menginjak tahun ke 75, dan uskup ingin mengajak seluruh umat untuk berjalan bersama dengan Bunda Maria dan Tuhan Yesus serta sesama.
Kemeriahan dalam perayaan upacara penyambutan, perarakan juga audiensi bersama para bia bir sekami dan omk serta misa pontifikal telah terlaksana di hari Sabtu sebelumnya.
Hari Minggu 4 Agustus merupakan agenda audiensi uskup bersama DPP, DKP, ketua lingkungan dan ketua wilayah, serta katagorial yang didahului dengan Misa pontifikal Bapa Uskup Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, secara konselebran bersama
RD Dominikus Savio Tukiyo, RD Paulus Pera Arif Sugandi
EKARISTI SUMBER DAN PUNCAK KEHIDUPAN ORANG KATOLIK
Dalam khotbah homili bapa Uskup Paskalis mengajak umat untuk
saling mengucapkan selamat karena
Kita boleh merayakan 75 tahun keuskupan, boleh merayakan dalam
Membangun persekutuan kita,
berjuang membangun gereja, serta pada hari ini menjadi istimewa karena
ada 11 orang yg akan menerima sakramen Krisma, 2 dibaptis, dan 3 diterima dalam persekutuan Katolik.
Setiap orang yang menerima krisma berarti sudah dibaptis yg siap menerima tugas perutusan. Kita diperkuat dan diteguhkan dengan krisma. Siap menjadi orang dewasa yang siap mewartakan Kristus. Saya menyatakan sebagai pengikut Kristus dan saya menemukan kebaikan Tuhan.
Seperti Paulus yang berkata Saya sudah tinggalkan cara hidup yang lama menjadi manusia baru.
Bahkan Dalam tradisi kuno, penerima sakramen Krisma harus ditampar. Ini merupakan simbol bahwa
kalaupun menghadapi tantangan tidak akan cengeng namun kuat. Karena menjadi pengikut Kristus banyak tantangannya.
Tradisi Katolik berbeda dengan yang lainnya walaupun sama mengarah kepada Kristus. Katolik disebut satu, Kudus, katolik, dan apostolik. Ada warisan dari Yesus sendiri kemudian diturunkan kepada para rasul selanjutnya para paus turun temurun. Ada garis yang tidak pernah terputus. Berdasar tradisi dan Magisterium atau dokumen resmi gereja.
Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup orang Katolik. Dengan Ekaristi kita bersatu dengan Tuhan. Kita Mesti mengambil keputusan pribadi untuk bisa mengikuti Ekaristi minimal satu Minggu sekali namun kalau bisa sesering mungkin, misal misa harian.
Dalam misa kita ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, bersama memuji memuliakan Tuhan.
Ketika menerima hosti, kita menjawab amin atas seruan
Tubuh Kristus. Amin berarti saya percaya, saya menerima ajaran gereja katolik yang membangun hidup saya menjadi orang yang baik, yang mewartakan hidup baik bagi sesama seperti Kristus.
Sementara dalam sesi audiensi, Bapa Uskup yang didampingi DPKB
Bpk. Frans Maringka dan Bpk. FX Cahyono, menyampaikan bahwa seperti diatur dalam hukum Kanonik, bahwa uskup tidak bekerja sendiri namun didampingi oleh dewan, demikian juga di paroki, Romo Tukiyo dan Romo Pera yang diutus oleh Uskup bekerja bersama umat yang siap sedia memperkuat karya pastoral kita.
Kita meneruskan kehidupan gereja sebagai gereja sinodal yg berjalan bersama Tuhan Yesus bersama umat, dan juga bersama alam semesta. Melakukan perjuangan dalam spirit dan roh sukacita dan kegembiraan. Paus Fransiskus sering menekankan pentingnya sukacita, sukacita dalam menghidupkan keluarga, dan mencintai alam, tidak tamak dengan semena-mena mengeruk keuntungan tanpa memperbaiki ekosistem dan peduli kepada masyarakat yang terdampak buruk atas exploitasi alam.
(Silakan bisa goggling dokumen-dokumen Bapa Suci yang bisa menuntun kita.)
Mengajak agar umat menjadi umat yang bersukacita.
Jangan seperti orang yang baru pulang dari kuburan. Seperti hidup di museum, jadi barang purbakala.
Mau menghidupi injil walaupun tantangan hidup di depan mata, namun kita punya daya.
Masuk dan hidup dalam persekutuan.
Misioner atau semangat mewartakan dimulai dari keluarga. Suami kepada istri, orang tua kepada anak.
Berpartisipasi, menjadi pencipta, dan share kebaikan dalam.persekutuan dan jangan hanya menjadi penikmat saja.
Seratus persen Indonesia berarti mau menyumbangkan hal baik untuk negara.
Selanjutnya dalam sesi tanya jawab diutarakan beberapa pertanyaan di antaranya adalah apakah ada kemungkinan mendirikan sekolah katolik di Jonggol ini, mengapa lagu-lagu liturgi yang diijinkan di Keuskupan Bogor berbeda dengan keuskupan Jakarta, mengapa dalam rangkaian 75 tahun keuskupan, ada lomba mobile legend namun tidak ada lomba cerdas cermat kitab suci untuk anak mudanya, bagaimana menyiasati keperluan katakese atau kegiatan lain yang mendukung pilar-pilar gereja namun dengan dana yang terbatas di paroki, serta tentang isu-isu nasional mengenai ijin tambang bagi ormas keagamaan.
Satu lagi yang istimewa bagi gereja ini, di tanggal 4 Agustus ini seperti yang dikatakan bapa Uskup, RD Paulus Pera Arif Sugandi, pastur vikaris yang dikenal umat sebagai pastur yang selalu ceria dan energik juga sering menceritakan anekdot dalam khotbah-khotbahnya, berulang tahun yang ke 41. Selamat ulang tahun Romo Pera, selalu penuh sukacita menggembalakan umat.
Tim liputan komsos hky Jonggol
Fransiska Fajariani
foto Teddy P., Ardo, Glory