Refleksi Bersama Tentang Arah Tahun Pastoral 2025 Dalam Temu Imam Keuskupan Bogor

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG – Mengawali tahun 2025, para Imam yang bertugas karya pastoral di Keuskupan Bogor menghadiri kegiatan Temu Imam yang dilaksanakan pada tanggal 20-21 Januari 2025 yang bertempat di Lembah Karmel, Cikanyere. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini diisi dengan kegiatan studi bersama, refleksi bersama, penyampaian informasi terkait kegiatan paroki, dekanat, komisi maupun informasi lainnya terkait karya-karya pastoral yang diadakan di Keuskupan Bogor.

Pada hari pertama, kegiatan diawali dengan penyampaian informasi dari RD Ignatius Heru Wihardono terkait dengan pelaporan pelaksanaan perayaan ulang tahun ke-75 Keuskupan Bogor. Romo Heru selaku Ketua Pelaksana pun berpesan agar para pihak-pihak yang terlibat dapat mengirimkan pelaporan kegiatan yang dibuat dalam bentuk refleksi sesuai dengan format yang telah dibagikan.

Pastoral Yubileum Pengharapan

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan refleksi bersama yang disampaikan oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur mengenai tema tahun penggembalaan Keuskupan Bogor 2025 yang adalah “Menghidupi Gereja Sinodal Bersama OMK dan Lanjut Usia : Membangun Gereja Sebagai Peziarah Pengharapan”.

Pastoral di tahun Yubileum 2025 menekankan agar kita semua menumbuhkan diri dan umat menjadi peziarah-peziarah pengharapan. Paus mengajak kita semua untuk berjalan bersama-sama menuju perjumpaan dengan Tuhan dan membangun harapan atas dasar janji Tuhan, salah satu harapannya adalah menerima indulgensi penuh.

Lebih lanjut, Uskup Keuskupan Bogor tersebut pun mencermati tantangan kesulitan ekonomi di tahun ini untuk menjadi perhatian bersama khususnya bagi Komisi PSE beserta dengan biro-biro yang ada didalamnya. Selain itu deforestasi hutan juga perlu diperhatikan oleh kita.

“Kita berharap tahun 2025 yang sarat dengan peristiwa penuh berkat ini menjadi momentum untuk membangun Gereja yang semakin kuat dan mengembangkan kesaksian iman yang semakin nyata dan mewujudkan peradaban kasih yang semakin kreatif di tengah masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat dan beriman,” tegas Monsinyur Paskalis.

Selain itu, Monsinyur Paskalis pun menekankan kepada para Imam yang hadir bahwa para Imam perlu membuat umat merasakan penghiburan, pendampingan penuh harapan, dan yang paling terpenting adalah pelayanan para Imam mestilah membuat orang-orang merasakan pengampunan dari Tuhan.

Refleksi pun dilanjutkan oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana yang menyampaikan tentang detail perayaan tahun Yubileum yang bertema “Peziarah Pengharapan” yang menitik beratkan tentang harapan.

“Kegiatan-kegiatan yang diadakan di paroki, dekanat dan komisi dapat dinamakan sebagai Pastoral Yubileum. Maka, diharapkan seluruh kegiatan dapat dilaporkan kepada keuskupan,” tutur Sekretaris Uskup Keuskupan Bogor tersebut.

Pastoral OMK

Pada tahun ini, fokus pastoral Keuskupan Bogor menyoroti kehadiran Orang Muda Katolik (OMK) dan Lansia. Slogan yang digemakan adalah “Yang Muda Berbangga, Yang Tua Ceria”. Ini diharapkan agar OMK dan Lansia menjadi fokus dalam kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di paroki-paroki. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti Yubileum OMK ataupun Yubileum Lansia.

Terkait dengan hal tersebut, RD Lucius Joko selaku Ketua Komisi Kepemudaan (Komkep) Keuskupan Bogor turut menyampaikan terkait hal-hal tentang pendampingannya terhadap OMK beserta dengan program kegiatan yang akan dilaksanakan selama tahun Yubileum 2025 ini.

Pastor Paroki Santo Andreas, Sukaraja tersebut pun menyampaikan Yubileum OMK Keuskupan memiliki beberapa tujuan yaitu peziarahan Iman, harapan tanpa batas, pertobatan dan pembaruan, solidaritas dan misi.

Menyambung pembahasan terkait Yubileum OMK, Komkep Keuskupan Bogor turut menggelar perayaan Youth Fest yang akan dilaksanakan di tiap dekanat yang berada di Keuskupan Bogor. Kegiatan ini dimulai dari tanggal 5 Juli – 19 Agustus 2025.

Kegiatan Youth Fest yang akan dilaksanakan ini adalah sebuah perayaan sukacita iman OMK yang diadakan di tiap dekanat di Keuskupan Bogor. Kegiatan ini bertujuan untuk menanggapi seruan Tahun Yubileum 2025 dan tahun pastoral Keuskupan Bogor serta memperkuat semangat Sinodalitas, dan meneguhkan peran OMK sebagai harapan Gereja masa sekarang.

Usai paparan terkait dengan OMK dan Yubileum OMK, kegiatan diakhiri dengan doa malam yang dipimpin oleh Diakon Vincentius Peter Ardhi.

Kegiatan di Hari Kedua

Pada hari kedua, rangkaian kegiatan diawali dengan Misa pagi di Kapel. Misa dipimpin oleh RP Sebastianus, CSE. Usai Misa, kegiatan dilanjutkan kembali dengan beberapa pemaparan-pemaparan.

Pemaparan pertama, disampaikan oleh RD Yosef Irianto Segu selaku Direktur Diosesan (Dirdios) Karya Kepausan Indonesia (KKI) yang menyampaikan terkait dengan hal-hal terkait karya pastoral KKI di Keuskupan Bogor yang memfokuskan kegiatan-kegiatan di paroki masing-masing dan kegiatan di Keuskupan hanya akan diadakan satu kali yaitu pada saat Natal Bersama Sekami yang akan dilaksanakan setiap tanggal 26 Desember.

Selain itu Pastor Vikaris Parokial Paroki Santo Markus, Depok Timur tersebut menyampaikan hal-hal terkait pedoman pastoral KKI Keuskupan Bogor yang telah selesai dirumuskan.

Pastoral Lansia

Setelah kemarin disampaikan terkait dengan refleksi orang muda Katolik, kini disampaikan refleksi terkait dengan lansia yang disampaikan oleh RD Paulus Pera Arif Sugandhi. Beliau merupakan moderator Perhimpunan Warakawuri (PWK) Santa Monica Keuskupan Bogor.

Dalam pemaparannya, Romo Pera menyampaikan bahwa usia Lansia berada dalam puncak dan akhir jalan hidup maka tantangan hidup yang dimiliki juga berbeda untuk dihadapi. Ia pun mengutip pernyataan dari Paus Yohanes Paulus II yang mengatakan bahwa usia tua merupakan sebuah bagian proses tersulit dari seni hidup manusia. Dalam hal ini, perawatan Pastoral terhadap lansia tampaknya tidak hanya diperlukan, tetapi penting.

Dalam pendampingannya sebagai moderator PWK Santa Monica, Pastor Vikaris Parokial Paroki Hati Kudus Yesus, Jonggol tersebut menyampaikan pengalamannya dalam mendampingi para lansia yang sebagian besar diisi dengan keluhan-keluhan yang disampaikan mayoritas terkait kesedihan dan kematian.

“Saat mendampingi para Oma dalam PWK Santa Monica sangat mudah saya masuk saat memposisikan diri sebagai seorang cucu daripada menjadi seorang Imam yang mendampingi mereka. Dengan menempatkan diri sebagai seorang cucu, para Oma tersebut menceritakan permasalahan mereka dengan tanpa beban,” tutur Romo Pera menceritakan pengalamannya dalam mendampingi PWK Santa Monica Keuskupan Bogor.

Lebih lanjut, Romo Pera menyampaikan terkait dengan karya pastoral dalam melayani kebutuhan para janda. Dalam melakukan pelayanan tersebut dirinya memposisikan sebagai seorang cucu atau anak. Baginya, cara pendekatan ini menjadi tepat sasaran karena relasi emosional yang dibangun adalah berdasarkan kasih terhadap anak kepada ibu, atau cucu kepada neneknya.

Varia Keuskupan

Pada sesi terakhir, disampaikan beberapa varia keuskupan yang dipaparkan oleh para Pastor Dekan masing-masing dekanat terkait dengan pemberdayaan UMKM di masing-masing paroki beserta dengan sharing terkait dinamika yang dihadapi saat memfasilitasi pegiat UMKM di paroki.

Menutup pelaporan para Pastor Dekan terkait UMKM, Romo Marsel menyampaikan bahwa dengan difasilitasinya UMKM di masing-masing paroki maka ini membantu perekonomian umat. Maka, perlu ada pengembangan dalam hal-hal yang terkait dengan pemasaran produk-produk UMKM seperti pembuatan website penjualan produk.

Kemudian RD Agustinus Deddy Budiawan selaku Ketua Biro UMKM Keuskupan Bogor menyampaikan bahwa Keuskupan terus mendukung UMKM untuk mengembangkan ekonomi umat. Biro UMKM terus bekerja sama dengan pihak-pihak demi mendukung semakin luasnya jaringan dalam mempromosikan produk yang dijual oleh UMKM.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks