PWK Santa Monika Keuskupan Bogor Gelar Retret dan Misa Syukur Dalam Rangka Merayakan Pesta Nama

KEUSKUPANBOGOR.ORG – Dalam rangka memperingati Pesta Nama Santa Monika, pelindung Perhimpunan Warakawuri Katolik (PWK) Santa Monika Keuskupan Bogor, PWK Koordinator Cabang Keuskupan Bogor mengadakan retret dan Misa Syukur. Rangkaian kegiatan diadakan pada hari Selasa-Rabu, 26–27 Agustus 2025. Kegiatan ini berlangsung di Rumah Retret Santa Lidwina, Sukabumi, dan dihadiri oleh 145 anggota PWK dari berbagai paroki di wilayah Keuskupan Bogor.

Retret kali ini mengusung tema “Peziarah Pengharapan: Menikmati Rahmat Tuhan di Hari Tua”. Tema ini menjadi undangan bagi para anggota PWK untuk merenungkan perjalanan hidup mereka sebagai seorang peziarah iman yang terus melangkah dengan penuh syukur, sekalipun di tengah tantangan.

Rangkaian kegiatan diawali dengan Misa pembuka yang dipimpin oleh RD Paulus Pera Arif Sugandi di Kapel Rumah Retret Santa Lidwina.

Kebahagiaan Diri

Selama dua hari, para peserta dibimbing melalui sesi pendalaman iman dan refleksi oleh tiga narasumber yaitu RD Yohanes Driyanto, RD Tarcisius Puryatno, dan RD Paulus Pera Arif Sugandi.

Di sesi pertama, RD Yohanes Driyanto menyampaikan materi bertajuk “Masa Tua Penuh Sukacita, Sementara Mengalami Kehilangan Masa Muda”. Mengawali materinya, Ia pun memberikan pertanyaan reflektif kepada peserta

“apakah mungkin mengalami sukacita pada masa tua?”

Vikaris Yudisial Keuskupan Bogor tersebut pun menyampaikan bahwa ketidakbahagiaan hadir saat membanding-bandingkan hidup dengan orang lain, merasa mendapatkan perlakuan tidak adil ataupun tidak bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan. Padahal Tuhan bersikap adil dalam takaran-Nya.

Lalu Ia pun menjabarkan untuk dapat hidup bahagia perlu belajar dari anak kecil yang tidak menyimpan dendam, menghidupi hidup saat ini, bangga dengan apa yang dipunyai atau dilakukan, dan tidak risau terhadap masa depan.

Menghidupi Perubahan Zaman

Selanjutnya, usai sesi makan siang, dilanjutkan dengan RD Tarcisius Puryatno yang membawakan materi berjudul “Menghidupi Zaman yang Berubah”.

Pastor Paroki Santo Joseph, Sukabumi tersebut pun menyampaikan teladan Yesus dalam Kitab Suci untuk menjelaskan pemahaman tanda-tanda zaman.

Ia pun menyebutkan bahwa Gereja harus selalu diperbarui yang dalam bahasa latin adalah Ecclesia semper reformanda est. Frasa ini menekankan bahwa Gereja tidak boleh berpuas diri dengan keadaan saat ini, tetapi harus terus menerus berusaha untuk mereformasi diri sesuai dengan firman Tuhan dan kebutuhan zaman.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa Gereja terus menyesuaikan diri dengan isu-isu sosial yang terjadi di dunia. Gereja tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai kekuatan perubahan sosial yang berusaha memberikan dampak positif bagi masyarakat luas, terutama mereka yang saling membutuhkan.

Romo Puryatno pun menyampaikan lima prinsip untuk menghadapi perubahan zaman, yaitu :
Berpegang pada Firman Tuhan, di tengah perubahan zaman yang begitu cepat Firman Tuhan adalah tetap untuk selama-lamanya.


Jangan terbawa arus dunia, perubahan zaman seringkali membawa tren dan ideologi baru yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Sebagai orang percaya, kita harus memiliki kebijaksanaan untuk menilai apakah suatu perubahan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan atau justru menjauhkan kita dari-Nya.

Percaya bahwa Tuhan berdaulat di segala zaman, ketika menghidupi perubahan yang tidak terduga atau bahkan menakutkan, kita bisa merasa tenang karena tahu bahwa Tuhan tetap berdaulat atas segala sesuatu.


Hidup dalam iman bukan ketakutan, alih-alih takut akan perubahan kita dipanggil untuk hidup dalam iman. Tuhan telah membekali kita dengan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan dengan iman, kita bisa melangkah maju dengan keyakinan bahwa Tuhan menyertai kita.


Menjadi terang dan garam dunia, sebagai pengikut Kristus kita dipanggil untuk menjadi pengaruh yang positif di tengah perubahan zaman. Kita harus tetap hidup dalam kebenaran, menunjukkan kasih Kristus dan menjadi saksi yang membawa dampak bagi dunia di sekitar kita.

Teladan Santa Monica & Simeon Hana

Di sesi ketiga, RD Paulus Pera Arif Sugandi memberikan materi tentang “Teladan Santa Monika & Simeon Hana” . Ia menjelaskan mengenai sejarah hidup Santa Monika dan Simeon Hana.

Lebih lanjut, Pastor Vikaris Parokial Paroki Hati Kudus Yesus, Jonggol tersebut menyampaikan pula keteladanan para orang Kudus tersebut serta perjuangan mereka menjaga ketaatan kepada Tuhan.

Meyakini Ada Hal Baik Dalam Kehidupan

Di hari kedua, kegiatan diawali dengan senam bersama. Kemudian rangkaian kegiatan ditutup dengan Misa Syukur yang dipimpin oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur selaku Uskup Keuskupan Bogor, pada Rabu, 27 Agustus 2025 di Paroki Santo Joseph, Sukabumi.

Dalam homilinya, Monsinyur Paskalis menyampaikan bahwa Gereja Katolik mengakui peran para janda melalui bacaan-bacaan yang disampaikan pada Misa perayaan ini. Ketangguhan menghadapi hidup setelah ditinggal suami menjadi kekuatan para janda. Monsinyur Paskalis turut menegaskan bahwa Gereja memberi perhatian kepada para janda.

“Dengan memaknai perayaan ini saya teringat tentang perkataan bijaksana bahwa hidup tidak menunggu badai berlalu tetapi belajar menari di tengah hujan. Hidup seorang janda dapat memaknai hal tersebut, bahwa setelah mengalami hidup perkawinan dan kini ditinggalkan oleh pasangan dijadikan sebagai pembelajaran hidup yang bermakna untuk terus menghidupi keyakinan bahwa Tuhan senantiasa menyertai,” tutur Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia.

Lebih lanjut, Monsinyur Paskalis menyampaikan bahwa akan banyak tantangan yang dihadapi dalam hidup namun kita perlu memandang diri kita sebagai seseorang yang tangguh dan menampilkan sisi keindahan dalam diri yang terus dihidupi.

Jika sudah sampai tahap menerima peristiwa yang lalu dan terus menerus bersedih karena ditinggalkan, maka kita menjadi penari kehidupan ini yang tangguh menghadapi apapun yang terjadi di dalam kehidupan.

Suasana misa penuh syukur dan sukacita, diwarnai kebersamaan dan doa, sekaligus menjadi penutup yang indah dari rangkaian perayaan pesta nama ini.

“Saya berharap melalui perayaan ini, kita semua tetap berjuang bersama untuk percaya kepada Tuhan yang selalu menolong kita. Kita juga mesti percaya bahwa Tuhan sudah menanam talenta yang indah dalam diri kita untuk menjalankan misi hidup kita. Dan kehidupan ini adalah seni menemukan kegembiraan dalam hal-hal sederhana,”

Setelah homili, pengurus baru PWK Santa Monika dilantik oleh Monsinyur Paskalis. Mereka mengucapkan janji untuk setia bertugas melayani selama masa periode 2025-2030.

Memperkuat Persaudaraan dalam PWK

Usai Misa, diadakan sarasehan. Kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan antar anggota PWK dari berbagai paroki. Kegiatan selama dua hari ini membuat para peserta saling berbagi pengalaman, mendukung satu sama lain, dan memperkuat semangat kebersamaan dalam iman. Dengan semangat Santa Monika, PWK Santa Monika Keuskupan Bogor berharap dapat terus menjadi wadah yang memberi penguatan dan pendampingan bagi para anggotanya.

Romo Pera, selaku Moderator PWK Santa Monika menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya retret dan Misa Syukur perayaan pesta nama Santa Monika ini.

“Akhirnya untuk pertama kalinya, kegiatan retret PWK Santa Monika terlaksana di keuskupan ini. Semoga ini menjadi berkat bagi semua,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Enable Notifications OK No thanks