Bogor – Keuskupan : Pada Tanggal 11-13 Desember 2015, kami 28 orang mewakili PSE Keuskupan Bogor berguru pada bumi di Eco Camp Bandung. Bertujuan supaya kami semua jatuh cinta kepada alam semesta. Bila kita cinta pada alam semesta pasti kita akan menjaga dan melindunginya. Memeluk pohon sebagai tanda cinta kita dan terima kasih kita karena telah memberikan oksigen bagi kita manusia secara cuma-cuma, tidak perlu membayar bertahun-tahun. Apakah kita selama ini sadar…? 
Berani diejek karena kita melakukan perbuatan yang sering orang kebanyakan menganggap aneh. Kalau bumi kita hancur bukan orang miskin dan kecil saja yang menjadi kurban namun kita semua yang berada di bumi akan punah. Alam akan berjalan apa adanya dan baik jika tidak ada manusia. Menghindari penggunaan plastik dan kertas, mengurangi penggunaan air, pemilahan sampah, memasak yang secukupnya saja untuk kita makan, semuanya itu adalah bagian dari kreativitas yang layak dan murah hati, yang mengungkapkan hal terbaik dari manusia. Menggunakan kembali sesuatu daripada segera membuangnya, karena terdorong oleh motivasi mendalam, dapat menjadi tindakan kasih yang mengungkapan martabat kita. ( Laudato Si, no 212 )
Pendidikan ekologis dapat terjadi dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese, dll. Pendidikan yang baik di sekolah sejak dini, menabur benih yang dapat menghasilkan buah sepanjang hidup. Namun di sini saya ingin menekankan pentingnya dan peran sentral keluarga, karena “di-situ-lah kehidupan sebagai kurnia Allah dapat disambut sebagaimana layaknya, dan dilindungi terhadap sekian banyak serangan yang menghadangnya, pun mampu bertumbuh memenuhi persyaratan perkembangan manusiawi yang sejati. Menghadapi apa yang disebut budaya maut, keluarga merupakan sanggar budaya kehidupan.” ujar RD. Ridwan Amo ( Laudato Si, no 211 )
14
Des
Des
