Berdasarkan semboyan “Omnia pro Jesu per Mariam” (segalanya bagi Yesus melalui Maria) maka Paroki Kristus Raja – Serang membentuk panitia kecil yang dipimpin oleh Diakon Alfonsus Sombolinggi dan didukung penuh oleh semua koordinator bidang Dewan Pastoral Paroki (DPP). Panitia yang dimaksudkan untuk merayakan hari Minggu Panggilan ini kemudian mengundang para frater dari Seminari Tinggi Santo Petrus Paulus – Bandung dan para Suster serta Postulan dari kongregasi Fransiskus Misionaris Maria (FMM) untuk merayakannya bersama umat Paroki Kristus Raja – Serang dengan mengusung tema “JADI PASTOR DAN SUSTER? SIAPA TAKUT…”. Rangkaian acara yang akan diadakan meliputi kegiatan Live In Rohani di tengah umat, Misa Kudus dengan melibatkan para frater dan suster serta anak-anak, Sharing Iman dalam kelompok kategorial paroki, dan ditutup dengan Futsal Bareng Frater.
Rombongan frater dan suster yang diundang tiba di Gereja Kristus Raja Serang pada hari Sabtu, 16 April 2016, pukul 12.00 WIB. Rombongan dijamu dengan santap siang, selanjutnya dijemput oleh para keluarga yang ditunjuk dari berbagai lingkungan di paroki ini, untuk mengikuti live-in di lingkungan yang berada di paroki Kristus Raja – Serang. Sebelum meninggalkan gereja menuju “keluarga baru” mereka, Bapak Renaldus selaku Wakil Ketua DPP menguraikan cakupan wilayah paroki dari Cikande hingga Cilegon. Lebih lanjut beliau mengharapkan agar kegiatan ini bisa menarik minat anak-anak dan remaja serta menjadi perhatian para orang tua untuk melahirkan benih-benih panggilan. Hal ini juga ditekankan oleh Diakon Alfon seraya menceritakan bahwa daerah Serang dan sekitarnya merupakan wilayah yang cukup subur akan benih panggilan meski belum banyak melahirkan pastor ataupun suster. Maka dari itu beliau berpesan agar sharing bisa dikemas lebih kreatif agar tidak membosankan dan lebih mengutamakan interaksi dengan para umat.
Kegiatan Live In dilaksanakan di 19 lingkungan dari total 22 lingkungan yang ada di Paroki Kristus Raja Serang. Diakon Alfons yang berkeliling secara random menemukan bagaimana umat juga terlibat aktif dalam kegiatan ini. Meski tujuannya sharing iman, namun ada beberapa lingkungan yang kreatif memadupadankan dengan gerak dan lagu untuk anak-anak sehingga tidak membosankan. Tentunya hal ini harus dipertahankan dan dikembangkan lagi, sehingga di tahun mendatang, setiap lingkungan akan memiliki konsep dan desain sharing iman yang berbeda.
Keesokan harinya, Minggu, 17 April 2016, semua kegiatan terkait Perayaan Minggu Panggilan terpusat di Gereja Kristus Raja – Serang. Perayaan diawali dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh RD. Nikasius Jatmiko sebagai selebran utama didampingi oleh RD. Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto dan RD. Thomas Gregorius Slamet Riyadi sebagai konselebran. Dalam misa kali ini, para frater dan suster yang diundang turut melayani misa sebagai lektor, pemazmur, paduan suara, hingga pembagi komuni. Hal ini untuk membangkitkan rasa “terpanggil” anak-anak yang memadati ruangan gereja. Ada yang menarik dalam misa kali ini yaitu adanya anak-anak yang memakai pakaian biarawan/wati. Diharapkan dengan memakai pakaian ini bisa mengingatkan, menyadarkan, dan menjadi daya pikat mereka untuk menjadi pelayan Tuhan.
Dalam homilinya Romo Jatmiko menyampaikan bahwa kehidupan menggereja digolongkan dalam 2 garis besar dan keduanya dikategorikan dalam hidup yang disucikan karena semuanya hidup dari keluarga, yaitu:
- Kaum Klerus yaitu semua laki-laki yang ditahbiskan baik menjadi Diakon, Imam, atau Uskup dengan tugas utamanya adalah pelayanan sakramen
- Kaum Laikus yang terdiri dari:
- Hidup Bakti (tidak ditahbiskan namun menjalani 3 nasehat Injil (Suster & Bruder)
- Hidup panggilan berkeluarga
Romo menceritakan tentang Bapa Paus Fransiskus yang mengeluarkan dokumen Amoris Laetitia (Kegembiraan Cinta), dimana keluarga menjadi sumber utama membangun sebuah cinta untuk menghasilkan orang-orang yang berkualitas dalam hidup menggereja. Perayaan hari panggilan ini juga sekaligus memperingati tugas orang-orang yang terpanggil dalam hidup berkeluarga agar mengarahkan putra-putrinya untuk hidup membiara ataupun panggilan untuk hidup berkeluarga karena semuanya merupakan panggilan Tuhan dalam menguatkan hidup menggereja secara universal.
Romo Jatmiko juga menegaskan bahwa Keuskupan Bogor mempunyai seminari tinggi untuk pendidikan para imam yang nantinya akan memenuhi kebutuhan Pastor/Imam untuk gereja-gereja di keuskupan ini. Oleh karena itu, diharapkan dukungan dari umat di Paroki Kristus Raja-Serang kepada calon-calon imam tersebut, karena apapun profesi kita, kalau Tuhan memanggil apapun akan terjadi. Homili ditutup dengan sharing singkat para biarawan/wati dalam menemukan panggilannya.
Setelah perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan sharing panggilan bersama kelompok-kelompok kategorial yang ada di Paroki Kristus Raja – Serang. Terlihat para peserta begitu antusias mengikuti jalannya acara yang dihelat dalam suasana santai dan juga diselingi dengan beberapa permainan. Suasana ceria ini seolah menunjukkan bahwa hidup membiara tidak hanya bergelut dengan doa tetapi masih bisa menikmati dunia remaja yang penuh dengan kreativitas dan semangat menyala. Kiranya hal ini bisa terpatri dalam benak para peserta baik anak-anak, remaja, maupun para orang tua agar lebih tertarik lagi menanggapi panggilan Tuhan yang mungkin hadir dalam keluarga. Selama ini muncul pandangan keliru bahwa dengan masuk dalam hidup membiara berarti masuk dalam hidup yang monoton dan rutinitas menjemukan. Hal ini dibuktikan dengan tidak sungkannya para frater dan suster berjoget bersama saat ramah tamah setelah acara sharing iman selesai.
Acara ramah tamah diisi dengan santap siang dan obrolan ringan umat dengan para frater dan suster di beberapa sudut Aula Alexander Gereja Kristus Raja – Serang. Sesekali nampak mereka berfoto bersama untuk dijadikan kenangan ataupun pemupuk benih panggilan yang mungkin sudah mulai dirasakan. Salah satu frater mengungkapkan apresiasinya atas tanggapan yang luar biasa dari umat di paroki ini terutama pada saat Live In. Begitu hangat dan tidak ada rasa sungkan, seolah seperti menyambut puteranya sendiri yang pulang dari sekolah di luar kota. Dia berharap agar hal ini bisa ditindaklanjuti dengan adanya retret panggilan untuk lebih memfokuskan lagi benih panggilan yang mana yang sedang diberikan oleh Tuhan kepada kita.
Setelah acara ramah tamah selesai, ternyata masih banyak anak-anak dan remaja yang menggerombol di gereja. Mereka menantikan pukul 15.00 yang merupakan jadwal Futsal Bareng Frater di lapangan futsal Flamengo di kota Serang. Ternyata “hidangan penutup” ini tak kalah menggiurkan dari acara sebelumnya. Terbukti pada saat kick off futsal, silih berganti team Misdinar, OMK, KMK, dan gabungan kategorial melawan para frater yang dipimpin langsung oleh Romo Rektor yaitu Romo Jatmiko dan Diakon Alfons. Semuanya bermain lepas, penuh sukacita, tanpa ada rasa menang kalah, sebab yang terpenting adalah mengenalkan dunia selain doa bagi para frater seminaris kepada anak-anak dan remaja. Tiga jam yang dijadwalkan pun rasanya kurang, apalagi cuaca yang gerimis ternyata tidak mengendurkan minat para futsalmania ini. Gerimis dan ramainya peserta futsal seolah menjadi pertanda, bahwa benih panggilan akan tumbuh subur di tanah Banten ini. Jadi Pastor atau Suster? SIAPA TAKUT!!
By. Komsos Paroki Kristus Raja – serang
Top meriah banget, semangat gas terus…meskipun acara panjang dan melelahkan