Jumat, 30 September 2016 pukul 22.30 WIB, hampir seluruh peserta IYD 2016 dari Keuskupan Bogor sudah berkumpul di Paroki Katedral untuk melakukan perjalanan ke Manado. Dengan membawa semangat muda, mereka ingin mengikuti rangkaian acara Indonesian Youth Day 2016 di Manado. Sambil menanti penerbangan pukul 04.45, peserta yang sudah berkumpul di Bandara bercengkrama bersama menghilangkan rasa kantuk dan bersiap melakukan perjalanan cukup panjang.
Pukul 08.45 WITA, peserta tiba di Bandara Manado di sambut dengan iringan kulintang dari Panitia IYD 2016. Setelah penyambutan dari panitia lokal di dalam bandara, di luar bandara peserta sudah disambut kembali oleh kemeriahan perwakilan umat dari Paroki St. Paulus Tompaso Baru, Sulawesi Utara yang akan menjadi tempat live in hingga tanggal 4 Oktober 2016. Peserta kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tompaso Baru dengan waktu tempuh perjalanan darat selama lebih dari 4 jam. Rasa lelah yang dirasakan peserta langsung menghilang dikala dari kejauhan mereka menyaksikan sambutan meriah dari seluruh warga kecamatan Tompaso Baru. Rombongan diarak dari luar kecamatan menuju pusat kecamatan dengan iringan kendaraan. Setiba di pusat kecamatan Tompaso Baru, peserta turun dari kendaraan dan disambut oleh tarian perang adat Minahasa serta perwakilan pemerintah yang dihadiri Camat Tompaso, Bapak Henri Palit, SA. Setelah serah terima Salib IYD Keuskupan Bogor kepada Bapak Henri, kemudian dilakukan perarakan menuju Gereja Katolik St. Paulus dengan iringan Drumband dan tarian adat. Setiba di gereja, Salib IYD Keuskupan Bogor kemudian diserahkan kepada Pastor Paroki St. Paulus Tompaso Baru, RD. Marianus Toyo untuk kemudian disemayamkan di Kapel Pastoran.
Di Paroki, Peserta IYD Keuskupan Bogor berbaur bersama umat Paroki Tompaso Baru mengikuti acara penyambutan. Acara ini diisi dengan sambutan dari Perwakilan DPP, Bapak Camat Tompaso Baru, Pastor Paroki dan Panitia. Setelah sambutan, peserta beserta seluruh umat menikmati makanan istimewa khas Manado dan Minahasa, yang oleh umat setempat disebut menu “Ekstrem”. Banyak dari peserta yang merasa aneh dengan hidangan yang disajikan, tetapi mereka semua mampu menikmati apa yang dihidangkan. Setelah makan bersama, peserta kemudian menuju lokasi tempat live in yaitu: pusat paroki dan 3 stasi. Di Stasi yang dituju, juga diadakan penyambutan istimewa dengan perarakan luar biasa. Mereka serasa mengalami sebagai tamu agung yang datang kesuatu tempat.
Salah satu tempat yang menjadi lokasi live in adalah Stasi Keroit. Stasi ini begitu istimewa karena di kampung ini 95 persen penduduknya beragama Katolik. Di Keuskupan Manado, hanya tempat ini yang penduduknya sebagian besar beragama katolik, sehingga tidak mengherankan jika peserta mendapatkan sambutan lebih meriah dengan perarakan keliling kampung. Selama live in, peserta akan tinggal di perwakilan umat dan merasakan secara langsung kehidupan umat di tempat mereka tinggal hingga tanggal 4 Oktober 2016 dimana mereka akan berjumpa dengan seluruh peserta IYD 2016 dari seluruh keuskupan di Indonesia. (RD. Y. Joned S)