Kalimulya – UNIO : “Nanti bila saya meninggal, masih ada tidak yang mau mengunjungi makam saya? “, demikianlah RD Wahyu mengawali homilinya dalam Misa Arwah yang diselenggarakan persaudaraan imam-imam diosesan yang akrab disebut UNIO Keuskupan Bogor. Seorang imam menjawab ” jangankan mengunjungi, mau gotong petinya aja berat”, kelakar yang disambut dengan canda tawa. Bertempat di TPU Kalimulya, sebuah tenda didirikan, kursi-kursi rapi tertata demikian pula dengan meja altar dengan segala perlengkapanya, para imam diosesan Bogor merayakan misa yang didedikasikan bagi kaum klerus dan seluruh umat beriman yang dimakamkan di kawasan ini. Tampil kompak, para imam ini mengenakan alba dan stola ungu yang dibawa masing-masing. Tampak pula hadir beberapa umat dari paroki terdekat seperti dari Santo Thomas – Kelapa Dua dan Paroki St. Markus Depok Timur.
Misa arwah di Kalimulya merupakan sebuah agenda rutin tahunan UNIO Keuskupan Bogor. Misa ini menunjukkan bahwa persaudaraan UNIO tidak diukur hanya ketika para imam masih hidup. Ziarah mengunjungi makam dan mempersembahkan misa arwah bersama-sama merupakan tanda cinta para imam bagi saudara seimamat. “Bapa Uskup, para imam dan frater yang dimakamkan di Kalimulya ini telah memberikan jasa terhadap setiap imam. Kehadiran, pengajaran, teladan dan persaudaraan mereka telah membentuk kita seperti sekarang ini”, jelas RD Wahyu yang menjadi selebran dalam Misa Arwah ini.
RD Antonius Dwi Haryanto yang akrab dipanggil Romo Anton, selaku Ketua UNIO, menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya kepada para imam dan seluruh umat yang telah hadir. Dalam kesempatan ini, Mgr Paskalis berhalangan hadir karena ada Sidang Para Uskup di Keuskupan Bandung. Misa pun diakhiri dengan acara tabur bunga di makam para imam dan uskup. Suasana akrab penuh persaudaraan inilah yang menjadi kekuatan para imam diosesan Keuskupan Bogor. “Selalu taat dan setia dengan imamat sampai dengan maut menjemput’, harap dan doa seorang umat yang juga hadir dalam Misa ini kepada kami”. (RD David)