Bogor-keuskupanbogor.org: Kamis Suci, yang dikenal juga dengan nama Kamis Putih, merupakan awal dari rangkaian Trihari Suci (Triduum Paschale). Pada Kamis Suci, kita memperingati Perjamuan Terakhir yang diadakan Yesus bersama para murid-Nya, tepat di malam sebelum ia dikhianati hingga akhirnya wafat di kayu salib.
Dalam Injil Yohanes, dikisahkan bahwa Yesus tak hanya meminta para rasul untuk merayakan perjamuan dengan roti dan anggur untuk mengenangkan pemberian diri-Nya, namun ia juga membasuh kaki para murid-Nya sebagai bentuk pelayanan yang tertinggi.
Pesan senada juga disampaikan oleh Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur saat memimpin Misa Kamis Suci di Gereja Santo Fransiskus Asisi, Sukasari bersama RD. Antonius Garbito Pamboaji, Kamis (18/4/2019). Mengawali homilinya, Mgr. Paskalis mengajak umat untuk bersyukur atas kesempatan untuk berkumpul dan kembali pada Yesus Kristus yang kita imani.
Belajar tiga hal
Menurut Mgr. Paskalis, dari bacaan-bacaan hari itu kita bisa menangkap tiga hal yang diwariskan oleh Yesus melalui perjamuan kudus.
Pertama, Yesus memerintahkan kita untuk memberi perhatian pada perjamuan. Perjamuan ini mencakup dua jenis: perjamuan makan biasa, di mana kita bisa berjumpa dan bercengkerama dengan keluarga kita, serta perjamuan kudus, di mana kita berjumpa langsung dengan Kristus dalam perayaan Ekaristi. Dalam tiap perayaan Ekaristi, hati kita hendaknya dipenuhi rasa syukur. Kita datang mengikuti Misa untuk siap diutus dan membangun persaudaraan dengan sesama.
Kedua, Yesus mengajarkan kita tentang betapa berharganya suatu pemberian yang tulus, terutama pemberian diri bagi mereka yang lemah dan menderita. “Yesus mengajak kita untuk memberikan diri, sebagaimana Ia memberikan diri-Nya bagi dunia. Berilah apa yang baik bagi sesama, dengan demikian hidup kita akan jadi bermakna,” ajak Mgr. Paskalis.
Mgr. Paskalis Bruno Syukur menyampaikan homili. (Foto: Mentari) Pemecahan roti. (Foto: Mentari)
Ketiga, Yesus mencontohkan totalitas dari pelayanan. Ia tidak segan menunjukkan kasih-Nya dengan penuh kerendahan hati, melalui cara yang tidak diduga oleh para murid-Nya: membasuh kaki. Sebagai orang Katolik, terutama jika kita bertindak sebagai pemimpin, kita harus punya kerendahan hati untuk melayani dan bukan dilayani. Selain itu, pembasuhan kaki ini juga merupakan gambaran bagaimana kita harus membersihkan diri dari ketamakan agar bisa bebas mengabdi.
“Jika kita melakukan ketiga hal tersebut, kita membawa Yesus dalam hidup kita sehari-hari. Itulah misi kita. Saya yakin kita mampu, karena Roh Tuhan diberikan pada kita,” ujar Mgr. Paskalis.
Syukur atas pemilu
Pascapesta demokrasi yang dirayakan masyarakat Indonesia satu hari sebelumnya, semangat kebangsaan terasa juga dalam perayaan Kamis Suci di Gereja St. Fransiskus Asisi Sukasari ini. Nuansa ini terlihat dari pakaian daerah yang digunakan oleh para pembawa persembahan dan petugas kor.
Mgr. Paskalis juga mengapresiasi keterlibatan tulus dari umat dalam pemilu. Ia mengucap syukur atas pemilu yang berjalan aman. Ia mengimbau umat untuk meneruskan keterlibatan ini dengan tindakan nyata dalam hidup sehari-hari bagi Gereja dan Indonesia.
“Mari warnai Bumi Pasundan ini dengan kasih. Mari lakukan perbuatan konkrit untuk Indonesia maju, dan untuk Keuskupan Bogor,” tegasnya. (Mentari)