Bogor – keuskupanbogor.org: “Gereja kita saat ini sedang menghadapi banyak masalah,” ujar Vikaris Judisial Keuskupan Bogor RD. Yohanes Driyanto, mengawali homilinya dalam Perayaan Ekaristi Sinode Dekanat Tengah, Sabtu (19/10/19) di Aula Magnificat, Gedung Puspas Keuskupan Bogor.
Pastor yang akrab disapa sebagai Romo Dri ini pun bercerita mengenai situasi di kota Roma, Italia tatkala ia berada di sana pada tahun lalu. Selain isu pencopet yang kian gencar beraksi di seluruh sudut kota, kredibilitas kaum tertahbis dan kaum religiusnya pun merosot. Tidak sedikit tarekat maupun keuskupan yang akhirnya ‘bangkrut’ karena harus menebus biaya akibat pelanggaran yang dilakukan oleh para imam, uskup, atau biarawatinya. Sementara itu, banyak umat yang juga kehilangan iman dan kepercayaannya pada Gereja.
Fenomena ini menjadi sorotan dunia, terlebih bagi Gereja Katolik sendiri. Terdorong oleh keprihatinan akan isu-isu ini, Paus Fransiskus pun mengundang ratusan kaum muda dari seluruh dunia untuk mengikuti sinode di Vatikan pada Oktober 2018 silam. Selama sinode tersebut, Paus Fransiskus turut hadir di tengah-tengah para kaum muda yang bernyanyi, menari, dan saling berbagi sukacita. Keterlibatan Paus dalam sinode ini pun membuahkan refleksi yang dituangkan dalam Seruan Apostolik berjudul Christus Vivit.
“Paus Fransiskus membiarkan dirinya diilhami oleh sukacita para orang muda. Sukacita itu memberinya harapan bahwa di tengah banyaknya tantangan pun, ternyata sampai kini Kristus tidak pernah tidur. Christus vivit—Kristus hidup, dan masih terus berkarya dalam hidup kita,” tegas Romo Dri.
Sukacita serupa
Romo Dri berpendapat bahwa sukacita ini juga terlihat dalam diri umat Keuskupan Bogor, khususnya umat di Dekanat Tengah, selama Sinode II Keuskupan Bogor ini. Meski prosesnya panjang dan cukup melelahkan, Romo Dri percaya bahwa harapan Ia memuji peranan dan kontribusi seluruh umat yang telah membuat paroki-paroki di Keuskupan Bogor menjadi luar biasa.
“Walau semua rumusan kebijakan tadi kebanyakan [subjeknya] tentang pastor paroki, saya yakin ujung-ujungnya Anda semua juga kok yang melakukannya, karena yang hebat ya justru Anda, bukan pastor-pastor di depan ini!” seloroh Romo Dri, disambut gelak tawa para umat.
Romo Dri juga mengutip kembali bacaan Injil mengenai perumpamaan tentang anak yang hilang. Menurutnya, pertama-tama kita memang harus mengakui segala kelemahan dan kekurangan dalam Gereja saat ini. Setelah itu, seperti Santo Paulus yang sadar betul atas masa lalunya yang jahat namun kemudian bertobat, kita pun sepatutnya menemukan semangat baru dalam kasih dan kerahiman Allah.
“Allah kita seperti bapa dalam Injil hari ini, yang tidak memandang kesalahan dan lebih memilih bersukacita atas kemauan kita untuk kembali pada-Nya. Karena jika kita memutuskan untuk kembali, berarti kita siap untuk memulai [hidup] yang baru,” ujarnya.
Menghayati semangat misioner
Sinode Dekanat Tengah ini merupakan gelaran terakhir dari sinode tingkat dekanat. Tercatat sebanyak 233 umat dari 12 paroki di Dekanat Tengah Keuskupan Bogor mengikuti sinode ini. Selanjutnya, sinode akan menuju tahap akhir, yakni sinode tingkat keuskupan yang akan dilaksanakan pada Desember mendatang.
Perayaan Ekaristi penutup sinode dekanat dipimpin oleh Romo Dri secara konselebrasi bersama 7 imam lainnya: RD. Robertus Untung Hatmoko (Vikep Pendidikan Keuskupan Bogor), RD. Albertus Adi Kurniadi (Pastor Vikaris Paroki St. Joannes Baptista Parung), RD. Ignatius Heru Wihardono (Pastor Paroki St. Maria Fatima Sentul City), RD. Markus Lukas (Dekan Dekanat Tengah & Pastor Paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari), RD. Robertus Eeng Gunawan (Pastor Paroki St. Andreas Sukaraja), RD. Antonius Dwi Haryanto (Pastor Paroki St. Ignatius Loyola Semplak), dan RD. Albertus Suradi (Pastor Paroki Hati Kudus Yesus Jonggol).
Sesuai kalender liturgi, Minggu ini adalah Hari Minggu Biasa XXIX yang pada tahun ini dirayakan secara khusus sebagai Hari Minggu Misi Sedunia. Oleh karena itu, Romo Dri juga memberikan pesan terkait karya misi Gereja yang harus terus dijalankan oleh seluruh umat. Kendati kita semua berasal dari berbagai macam latar belakang dan punya posisi yang berbeda-beda, kita berbagi satu kedudukan dan tanggung jawab yang sama, yakni sebagai utusan.
“Kedudukan kita sebagai utusan itulah yang menjadi misi Gereja; kita terus-menerus mewartakan Yesus Kristus yang bangkit. Sebagaimana Paus Fransiskus diilhami oleh sukacita para kaum muda, semoga harapan dan antusiasme juga mengilhami kita untuk bangkit dan memulai yang baru,” ujar Romo Dri. (Mentari)