Caringin – keuskupanbogor.org : Kisah perjalanan Emaus menjadi inspirasi gerak langkah bersama yang dikemas dalam rangkaian Sinode II Keuskupan Bogor. Kedua murid dalam kisah Emaus ini menunjukkan sebuah transformasi iman yang luar biasa. Ini pula harapan yang ingin dicapai dalam perjumpaan sinode.
“Sukacita sebagai communio Injili, Peduli, Cinta Alam dan Misioner” merupakan tema yang diangkat dalam Sinode II Keuskupan Bogor. Terkait semangat sinode “Sukacita sebagai communio Injili”, Romo Driyanto memaparkan gagasannya untuk semakin mempermudah peserta sinode mendalaminya.
Bertempat di Aula BSK, Wisma Kinasih, dihadapan sekitar 600 peserta sinode, imam yang juga Vikaris Yudisial Keuskupan Bogor ini berhasil memberikan pemahaman kepada para peserta lewat gayanya yang khas.
Komunio yang injili adalah ketika iman kita sampai iman akan kebangkitan. Dalam kebangkitan kita mempercayai bahwa di sana ada sebuah bentuk kehidupan yang lain; bukan sekedar kehidupan yang ada saat ini.
Konsep akan keyakinan pada kebangkitan inilah yang akhirnya membawa manusia untuk memiliki sebuah pengharapan dan sukacita. “Maka jangan terjebak bahwa hidup kita hanya terpusat pada hidup saat ini saja”, tegasnya.
Iman kedua murid dalam Kisah Emaus awalnya belum sampai pada warta kebangkitan. Maka mereka berjalan dalam sebuah kekecewaan, putus harapan, dan tidak ada gairah.
Syarat utama untuk sampai pada tingkat iman yang “bangkit”, orang harus belajar melepaskan. Kelekatan akan menjadi penghambat. “Sehebat-hebatnya kita harus belajar melepas”, tegas Romo Dri.
Orang yang punya iman injili adalah orang yang mendapatkan hidupnya bukan berdasarkan pada penilaian orang lain tetapi pada Tuhan Allah. Di sinilah akhirnya kita akan sampai pada pemaknaan Sabda Bahagia yang disampaikan Yesus.
“Kalau kita yakin pada kata Tuhan ya sudah ikuti saja”, tegas imam yang juga menjadi pastor mahasiswa ini sembari menjelaskan bahwa perjalanan hidup manusia terkadang terhambat akibat kita begitu fokus pada penilaian orang atau penilaian secara manusiawi.
“Setiap orang yang beriman injili pasti akan menghidupi sabda bahagia. Iman sehat harapan kuat kasih giat”, paparnya. Orang beriman akan memiliki sebuah keyakinan adanya kehidupan lain yang pasti akan sukacita dan mulia.
“Jika orang beriman masih mudah marah-marah maka bisa jadi ia belum sampai pada iman yang bangkit itu. Imannya gak bener”, sahutnya yang ditimpali pecah tawa para peserta sinode.
Sore ini para peserta sinode diberikan sebuah wawasan terkait spirit utama sinode. Semoga lewat sinode ini, iman kita pun ditumbuhkan hingga pada tahap iman yang siap sedia dalam iman yang mantap, harapan yang kuat, dan kasih yang giat. Amin
(RD David)