Rayakan HUT Tahbisan, Romo Fabie: “Menjadi Imam: Bukan Profesi, tapi Panggilan Misioner!”

Loading

Seminari Tinggi St. Petrus Paulus. Hari ini merupakan hari yang spesial bagi dua Imam Keuskupan Bogor, RD. Fabianus Sebastianus Heatubun dan RD. Simbul Gaib Pratolo. Keduanya merayakan hari ulang tahun tahbisan presbiterat yang ke-32. Bukan usia yang muda, rahmat tahbisan ini tentunya memiliki makna tersendiri bagi mereka dan juga bagi Gereja serta Umat Keuskupan Bogor. Tak ketinggalan,  Seminari Tinggi St. Petrus dan Paulus, tempat tugas Romo Fabie bertugas, pun merasakan hal serupa dalam Perayaan Ekaristi Pesta St. Markus – Evangelist.

“Kasih setia-Mu ya Tuhan, hendak kunyanyikan selama-lamanya”

Dalam homilinya, Romo Fabie mengutip refrain mazmur tanggapan yang mengawali sharing panggilannya selama 32 tahun menjadi imam. Bukan tanpa alasan romo Fabie, begitu sapaannya, mengulang-ulang refrain tersebut dalam sharing panggilannya. Menurutnya, “semenjak ditahbiskan pada tahun 1988 sampai sekarang, Tuhan selalu mengiri langkahnya dalam meniti jalan panggilan sebagai imam. Perjalanan imamat selama 32 tahun dapat dijalani bukan semata-mata karena kemampuan diri sendiri melainkan karena rahmat Tuhan yang begitu besar.”

 

Selain itu, fokus dan totalitas akan tugas utama, merupakan tips sang pastor dalam menjalani kehidupan Imamatnya. Tiga puluh dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Kurang lebih 25 tahun Romo Fabie menjalani panggilannya sebagai imam, seorang formator dan juga dosen di Seminari Tinggi St. Petrus-Paulus Keuskupan Bogor dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Dalam sharingnya, Romo Fabie meyakini bahwa ia menjalankan tugas besar karena mendidik calon-calon imam: “Saya bertanggung jawab akan satu sakramen sakramen yang sangat penting: Sakramen Tahbisan. Bukan hanya untuk Keuskupan Bogor, tetapi juga keuskupan serta biara-biara lain”. Bagi seorang sekaligus dosen, “Ada kebanggaan tersendiri melihat murid didikannya menerima rahmat sakramen tahbisan”. Ia bertekad akan menjalankan tugas yang diemban ini dengan baik sampai waktu pensiun tiba.

 

Di akhir sharing panggilannya, ia berpesan kepada para frater dan imam agar bangga terhadap pilihan yang telah diambil. Mengulang kembali refrain mazmur, “Kasih setia-Mu ya Tuhan, hendak kunyanyikan selama-lamanya”, sang pastor menekankan pentingnya sikap selalu bersyukur (selama-lamanya) atas rahmat tahbisan yang begitu istimewa.  Tambahnya: “menjadi imam bukanlah suatu coba-coba dan bukan iseng belaka.

Pilihan menjadi imam adalah pilihan to be or not to be, artinya hanya mempunyai dua opsi yakni “ya” atau “tidak”, sehingga tidak ada jalan tengah”. Dengan demikian, pilihan harus diambil dengan penuh kesadaran karena mempunyai dampak besar terhadap hidup selanjutnya. Terima kasih romo Fabie, atas pengabdian dan ilmu yang telah kau berikan. Kami doakan agar panjang umur dan sehat selalu. Selamat ulang tahun imamat. Proficiat. Fr. Ignatius Bahtiar/RDHJ

One thought on “Rayakan HUT Tahbisan, Romo Fabie: “Menjadi Imam: Bukan Profesi, tapi Panggilan Misioner!”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!