Akhir pekan ini, Keuskupan Sufragan Bogor kembali merayakan dengan penuh semangat untuk melaksanakan Sinode Para Uskup dalam tingkap parokial. Dalam kesempatan yang baik ini, sinode dan rangkaian rekoleksi ini dilaksanakan di Paroki Santo Joannes Baptista – Parung. Rangkaian kegiatan rekoleksi ini bertempat di Sekolah Marsudirini, Kahuripan. Pukul 08.00 WIB dimulai dengan registrasi dan snack serta saling berjumpa dengan peserta satu sama lain. Para peserta yang hadir diperkirakan sekitar 108 orang dan itu dari kalangan umat baik yang dewasa maupun remaja atau OMK. Tentu rekoleksi ini secara khusus diberikan oleh fasilitator dari tim Keuskupan yang dengan sukarela mau membantu semua umat untuk lebih merasakan gerak bersama sebagai persekutuan untuk saling membantu sama lain. Tema rekoleksi yang menjadi permenungan ialah tentang kemasyarakatan.
Rekoleksi dibuka dengan pembuka oleh MC dan dilanjutkan dengan ibadat pembuka oleh RD Aloysius Tri Harjono. Suasana khusuk membawa tiap peserta untuk merenung dan mensyukuri segala rahmat kebaikan dari-Nya yang membawa mereka untuk mau berjalan bersama dalam rekoleksi ini. Kemudian, disampaikan pula pengantar oleh fasilitator yang berisi bagaimana rekoleksi ini dibutuhkan usaha untuk mau melepaskan segala keegoisan diri dan membuka diri dengan ber-dinamika bersama melalui tuntunan Roh Kudus yang senantiasa hadir untuk semuanya. Kita diajak untuk menjadi pribadi yang rendah hati yakni mau mendengarkan sekitar kita sebagai rekan kasih Allah.
Terkait dengan tema, masyarakat menjadi awal mula yang baik untuk manusia menjalin relasi dengan sesamanya namun juga menjadi awal manusia itu mengalami kesepian dan tersingkirkan. Sehingga, ada yang tidak seimbang oleh karena ada yang tentu diperhatikan dan juga yang belum diperhatikan. Secara mendasar, manusia yang seimbang ditekankan oleh Gereja yakni soal bagaimana ia menjalin relasi yang erat dengan Tuhan dan sesama manusia. Relasi itu ialah hadir dan terlibat sebagai Gereja. Semua ini tentu untuk usaha dalam memberikan kesaksian akan Kristus sendiri dalam kenyataan hidup sehatri-hari. Mengapa ? Karena Gereja memanggil semua umat beriman untuk hidup sebagai garam dan terang dunia. Pertanyaan refleksi yang sangat mendalam ialah bagaiamana menjadi teman seperjalanan untuk orang sekitar kita ? Beberapa peserta ada yang mengatakan yakni untuk suatu perjumpaan ialah keadaan untuk menyatukan perasaan. Ada perasaan menyenangkan yang disampaikan oleh para peserta karena pertemuan yang membawa sukacita ini.
Kemudian, para peserta masuk kedalam kelompok masing-masing untuk menyampaikan sharing tentang apa yang menjadi permenungan selama ini tentang hidup bermasyarakat untuk menjadi garam dan terang dunia. Menyenangkan juga oleh karena suara mereka tersampaikan dan ini hal yang sangat positif karena ketika mendengar satu orang berbicara, yang lainnya belajar dan memaknai sesuatu dari refleksi teman-temannya. Setelah menyampaikan sharing , semua peserta melanjutkan kegiatan dengan makan siang bersama dan kemudian dilanjutkan kembali dengan sharing.
Rekoleksi ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh RD Yohanes Suparta, RD Yustinus Joned Saputra, dan RD Aloysius Tri Harjono. Semoga kita semua selalu menjadi pribadi yang hadir, menyuarakan, dan juga mau berperan secara nyata dalam Gereja demi kebaikan bersama.
KOMSOS