Rekoleksi Sinode Para Uskup Stasi-Stasi Di Dekanat Selatan

Loading

Semangat Sinode Para Uskup terus bergema di Keuskupan Bogor. Sesuai dengan tujuannya, sinode diadakan untuk menyapa para umat beriman yang telah dibaptis dan bersama-sama dalam membangun terciptanya Gereja Sinodal. Pada hari ini, kegiatan rekoleksi sinode cukup istimewa karena rekoleksi diadakan bagi umat di Stasi-stasi Keuskupan Bogor di wilayah Dekanat Selatan yaitu Stasi Pelabuhan Ratu, Stasi Cikembar dan Stasi Cikaso.

Bertempat di hotel Hotel Karang Sari-Pelabuhan Ratu, peserta yang hadir merupakan umat Katolik yang berdomisili di Stasi Pelabuhan Ratu, Stasi Cikembar dan Stasi Cikaso. Peserta yang hadir berjumlah 35 orang. Dalam kesempatan ini, rekoleksi sinode bertema kemasyarakatan.

RD Tarcisius Puryatno selaku Pastor Paroki Santo Joseph-Sukabumi dalam sambutannya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada umat dan tim fasilitator sinode keuskupan yang hadir dalam rekoleksi sinode pada hari ini. Ia juga mengatakan bahwa rekoleksi sinode merupakan bentuk dari perhatian yang patut disyukuri bersama. 

RD Yohanes Suparta selaku Ketua Umum Sinode Para Uskup Keuskupan Bogor dalam sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan Sinode Para Uskup kali ini menjadi istimewa karena Bapa Paus ingin melibatkan umat beriman. Sinode itu bisa mencakup lebih keseluruhan Gereja. Apa yang dibawa ke Sinode Para Uskup merupakan hasil dari persekutuan umat beriman. Lebih lanjut ia mengatkan bahwa kita semua yang hadir disini diajak berkumpul untuk mendengarkan bimbingan dari Roh Kudus dalam baptisan. Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor tersebut juga mengimbau peserta yang hadir untuk mau terbuka ketika melakukan sharing mengenai pengalaman yang dialami. Ia juga berharap semoga perjumpaan ini membawa sukacita dan menghidupkan Gereja.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ibadat pembuka yang dipimpin oleh RP Athanasius Maria, CSE dan Sr Grace, KYM. 

Mengambil Peran Dalam Upaya Pengembangan Gereja Katolik 

Dalam sesi pengantar yang diberikan oleh Sr Grace,KYM selaku tim fasilitator sinode menyampaikan arahan proses rekoleksi agar peserta mengetahui alur selama rekoleksi dan menjelaskan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat “Jalan Bersama” yaitu menyegarkan iman umat dan untuk menguatkan semangat sebagai “teman seperjalanan” bagi umat lain.Rekoleksi sinode ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Tuhan bekerja dalam himpunan keluarga umat Allah-bukan orang per orang.

Selain itu, rekoleksi juga menjadi jalan dalam membuka diri terhadap Roh Kudus dan merupakan tujuan rekoleksi diadakan. Rekoleksi menjadi saat untuk membiarkan diri untuk dibimbing dan mendengar Roh Kudus, melepaskan dominasi otak/pikiran, memberi ruang lebih pada suara hati.

Tidak hanya itu, mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik juga menjadi tujuan rekoleksi yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.

Sintesa Yang Serasi

Pada sesi narasi refleksi yang dibawakan oleh RP Athanasius Maria, CSE, peserta diajak untuk merefleksikan mengenai situasi paradoks yang diakibatkan berbagai perubahan dunia yang dimaksud di mana banyak bangsa begitu berlimpah harta-kekayaan, akan tetapi juga terdapat begitu banyak penghuni dunia tersiksa karena kelaparan dan kekurangan, dan tak terhitunglah jumlah mereka yang sama sekali tidak berpendidikan. Dunia begitu dimudahkan

dalam upaya menjalin kesatuan dan solidaritas lintas bangsa melalui media sosial, tetapi sementara itu juga sangat banyak yang merasa tersingkirkan bahkan kesepian.

Alat-alat komunikasi yang semakin canggih, memudahkan pemberitaan peristiwa-peristiwa maupun penyebaran cara-cara berpikir dan berperasaan dengan sangat cepat, sambil tanpa disadari menciptakan penciutan ruang refleksi pribadi, dan semakin menumbuhkan distorsi nilai dalam berelasi – karena tanpa perjumpaan dan kehadiran.

Perubahan yang pesat dalam kehidupan manusia saat ini, nyatanya menimbulkan ketidakseimbangan karena kegagalan manusia meramunya dalam sintesa yang serasi. Terjadi ketidakseimbangan antara pemusatan perhatian pada upaya mencari kemudahan-kemudahan praktis dengan nilai-nilai moral suara hati.

Ketidakseimbangan yang melanda dunia dewasa ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan yang lebih mendasar yang berakar dalam hati manusia. Manusia menderita perpecahan di dalam dirinya dan hal itulah pula yang menimbulkan pertentangan yang cukup berat dalam masyarakat.

Gereja percaya bahwa kunci, pusat dan tujuan seluruh sejarah manusia terdapat pada Tuhan dan oleh karenanya setiap manusia yang hendak menemukan keseimbangan dan kedamaian harus kembali kepada Tuhan. Gereja mempercayai bahwa dibalik segala perubahan yang terjadi saat ini, ada yang tetap tidak berubah, yaitu Tuhan, Yesus Kristus. Dia yang tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya dan dalam terang inilah pula gereja berusaha memahami persoalan manusia di jaman ini.

Perjalanan Bersama

Masih dalam sesi narasi refleksi, disebutkan bahwa panggilan keterlibatan umat beriman dalam masyarakat didasarkan pada pengertian bahwa Allah menciptakan orang bukan untuk sendiri-sendiri melainkan membentuk persatuan sosial. Begitu pula Ia bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang bukan satu per satu melainkan dalam persekutuan umat yang mengakuinya dalam kebenaran dan mengabdi kepadaNya dengan suci.

Oleh karenanya setiap orang diharapkan secara aktif bertanggungjawab dan turut serta dalam mengupayakan kesejahteraan umum dan lain lain karya pelayanan yang meningkatkan kesejahteraan hidup banyak orang. Gereja terbangun untuk memberikan kesaksian akan Yesus Kristus. Kehadirannya harus sungguh dapat dirasakan oleh semua orang yang dijumpainya dalam perjalanan. Gereja harus mewujud dalam langkah-langkah nyata dalam perjalanannya bersama dengan semua keluarga manusia.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing berkelompok. Ada 3 kelompok yang terbagi dan berisikan masing-masing 12 peserta. Peserta tampak antusias dalam memberikan sharing. Sesi sharing ditutup dengan sesi peneguhan yang dibawakan oleh Bapak Anton Sulis selaku Ketua Operating Commutee (OC) Sinode Para Uskup Keuskupan Bogor. Dalam sesi peneguhan ia menyampaikan bahwa hampir semua peserta menceritakan mengenai pengalaman kekatolikannya. Meski terkadang ada cerita yang kurang mengenakan karena beragama Katolik, namun ada pula yang sukacita yang dialami. Banyak pengalaman yang menginspirasi dalam kegiatan rekoleksi ini. 

“Bapa Paus ingin kita semua menghidupi semangat jalan bersama, dalam konteks ini semangat jalan bersama adalah agar jangan sampai kita berjalan sendiri dan merasa sendirian menghadapi persoalan hidup. Semua umat beriman harus membangun semangat mendukung satu sama lain dan di dalam perjuangan imannya kita saling mendukung agar tidak merasa sendirian. Mari kita mendukung dalam semangat jalan bersama. Tidak boleh ada yang merasa paling baik diantara yang lain, dan sebaliknya jangan ada yang merasa lebih rendah daripada yang lain. Maka kita semua perlu menyemangati satu sama lain,” ujarnya dalam sesi peneguhan.

Setelah sesi peneguhan berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi diadakan secara konselebrasi yang dipimpin oleh RD Yohanes Suparta, RD Tarcisius Puryatno, RD Marselinus Wisnu Wardhana, dan RP Athanasius Maria, CSE. 

Dalam homili yang disampaikan oleh RD Yohanes Suparta, Ia berpesan bahwa setiap pribadi memiliki cerita hidupnya masing-masing. Dalam sekian banyak cerita hidup ada banyak optimisme yang dapat menjadi acuan dalam hidup. Semoga dalam perjumpaan hari ini kita dapat semakin diteguhkan dalam iman dan perjalanan. Dengan setia kepada Tuhan, kita akan diarahkan untuk dapat peduli terhadap yang lain. Kita diajak untuk meningkatkan kualitas diri untuk memikirkan orang lain, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. Kita dibebaskan dari kekuatiran-kekuatiran dan dibawa kepada optimisme hidup bahwa di dalam hidup kita banyak hal baik yang dapat disyukuri. 

Fr Christoforus Dominic Fernandez Lamury, Fr Julius Vincent Pratama, Fr Michael Randy & Maria Dwi Anggraini

Dokumentasi: Fr Michael Randy & Bapak Anton Sulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks