Rekoleksi Sinode Para Uskup Bagi Para Clerus dan Lembaga Hidup Bakti Dekanat Selatan Keuskupan Bogor

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG- Rangkaian kegiatan Sinode Para Uskup di Keuskupan Bogor terus berlanjut, kali ini Rekoleksi Sinode diadakan bagi Para Clerus dan Lembaga Hidup Bakti yang berada dan berkarya di wilayah Dekanat Selatan Keuskupan Bogor. Kegiatan diadakan pada hari Selasa, 22 Maret 2022 di Aula Serbaguna Paroki Santo Joseph-Sukabumi dan dihadiri sejumlah 115 peserta. 

Rekoleksi Sinode yang bertema “Transformasi Pelayanan Gereja” ini diawali dengan registrasi dan persembahan tarian dari Postulan SFS, para Postulan tersebut membawakan tarian dari Timor Leste. 

Dalam sambutannya, RD Stefanus Sri Haryono Putro selaku Pastor Dekan Dekanat Selatan mengucapkan rasa terima kasihnya kepada para peserta rekoleksi sinode yang hadir para hari ini. Ia juga berterima kasih kepada para panitia yang telah mempersiapkan rekoleksi sinode. 

“Semoga rekoleksi ini menjadi bekal bagi kita bersama dan menjadi hal yang berguna dalam perjalanan Sinode Para Uskup,” Harap Ketua Yayasan Mardi Yuana Keuskupan Bogor tersebut. 

Usai sambutan, para Postulan SFS kembali membawakan tarian Sinanggar Tullo yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara. 

Mgr Paskalis Bruno Syukur yang turut hadir dalam rekoleksi Sinode pada hari ini memberikan sambutannya dan mengatakan bahwa kita semua diundang oleh Bapa Paus untuk mengadakan sinode. Bapa Paus menghendaki sinode dilaksanakan di seluruh Keuskupan di dunia. 

Keuskupan Bogor menanggapi Sinode di tingkat Keuskupan dengan melaksanakan rekoleksi. Karena yang terpenting adalah mendengarkan Roh Kudus. Berkat Roh Kudus, Gereja dapat berkembang. 

Di tingkat dekanat, rekoleksi dilaksanakan bagi para Clerus dan Lembaga Hidup Bakti yang berkarya di masing-masing dekanat. Keuskupan ingin dekanat ‘hidup’ dan menjadi komunitas yang nyata dan berkembang ke arah kebaikan sebagai bentuk jalan bersama dalam mendengarkan Roh Kudus. 

Lebih lanjut, Uskup Keuskupan Bogor tersebut memberikan beberapa poin terkait Sinode yang dilakukan pada hari ini, yaitu: 

Pertama, Sinode di tingkat dekanat ditujukan untuk mendengarkan Roh Tuhan dan satu diantara yang lain. 

Kedua, Bapa Paus mengingatkan kita semua bahwa Gereja berjalan bersama, Gereja yang bersinodal. Dalam Gereja terdiri dari Clerus, Lembaga Hidup Bakti dan Awam. 

Ketiga, Sinode ini mempengaruhi kehidupan kita bersama. Kekayaan karisma masing-masing tarekat hendaknya diberikan kepada Gereja dan kiranya semua menghidupi kekhasan Gereja. 

“Saya berharap kita menghargai satu sama lain bahwa setiap orang memiliki perannya masing-masing dan bukan bagian yang terpisah-pisah. Ada kecenderungan ingin berjalan sendiri, namun harus disadari bahwa kita perlu menghargai satu sama lain dan memunculkan semangat berjalan bersama dalam membangun Gereja Sinodal dan semoga kita semua diberikan karunia untuk menghidupkan semangat panggilan kita masing-masing,” Harap Mgr Paskalis. 

Usai sambutan-sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan Ibadat Pembuka yang dipimpin oleh RD Dominikus Savio Tukiyo dan diiringi oleh RD Nikasius Jatmiko. 

Memberi Ruang Untuk Roh Kudus 

Dalam sesi pengantar yang dibawakan oleh RD Marselinus Wisnu Wardhana, Ia mengawali dengan memperkenalkan fasilitator Sinode Keuskupan Bogor. Disampaikan pula mengenai arahan proses rekoleksi agar para peserta yang terdiri dari Clerus dan Lembaga Hidup Bakti mengetahui alur selama rekoleksi dan menjelaskan bahwa rekoleksi dimaksudkan untuk menghidupkan semangat “Jalan Bersama” yaitu menyegarkan iman dan untuk menguatkan semangat sebagai “teman seperjalanan” bagi umat lain. Rekoleksi sinode ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Tuhan bekerja dalam himpunan keluarga umat Allah-bukan orang per orang. 

Selain itu, rekoleksi juga menjadi jalan dalam membuka diri terhadap Roh Kudus dan merupakan tujuan rekoleksi diadakan. Rekoleksi menjadi saat untuk membiarkan diri untuk dibimbing dan mendengar Roh Kudus, melepaskan dominasi otak/pikiran, memberi ruang lebih pada suara hati. 

Hal lain yang disampaikan adalah bahwa dengan mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik juga menjadi tujuan rekoleksi yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.

Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa perlu mengambil peran dalam upaya pengembangan Gereja Katolik adalah juga bagian dari tujuan rekoleksi ini yang dimaksudkan untuk memberi ruang pada setiap orang untuk berpartisipasi. Yaitu terlibat, menemukan, dan menyampaikan hal baik demi perkembangan Gereja baik di tingkat keuskupan maupun universal.

Rekoleksi pada hari ini memberikan ruang bagi setiap orang untuk menyampaikan hal baik. Diharapkan dengan mengikuti rekoleksi, para Clerus dan Hidup Bakti dapat mewujudkan keteladanan hidup pastoral. Serta, rekoleksi ini merupakan upaya untuk menyegarkan kembali hidup panggilan yang disertai dengan aksi nyata yaitu pembaruan hidup. 

Peserta diharapkan mengikuti proses rekoleksi dengan jujur dan apa adanya, menumbuhkan sikap rendah hati, dan kebaruan dan keterbukaan hati serta membuka diri untuk mendengarkan. Peserta juga diingatkan untuk tidak berprasangka terhadap lain dan tidak terbuai dengan perasaan sudah cukup dan sudah bisa. 

Tugas Misioner Yang Berorientasi Ke Luar

Dalam sesi Narasi Refleksi yang dibawakan oleh RD Lukas Wiganggo, peserta diajak untuk menyadari dalam masa ini di diri pekerja pelayanan, termasuk para religius, memberi perhatian yang berlebihan terhadap kebebasan dan keinginan menyenangkan diri, yang membuat kita melihat pelayanan sebagai tambahan belaka, seolah-olah bukan sebagai bagian dari identitas. Akibatnya walaupun berdoa, masih saja memiliki individualisme yang tinggi, krisis identitas, dan semangat melayani yang redup. Kita lebih mudah pesimis, bersungut-sungut dan kecewa.

Gereja sebagai lembaga perlahan menjauh dari akarnya, yaitu umatnya sendiri. Gereja tidak tumbuh menjadi gereja yang “dekat”, tetapi menjadi gereja yang “berjarak” dengan orang-orang yang dilayaninya. Para aktivis pelayanan lebih terlihat seperti sekelompok elit orang yang sibuk memikirkan dirinya sendiri atas nama pelayanan.

Pertobatan Seluruh Gereja

Masih dalam narasi refleksi, dikatakan bahwa Paus memimpikan agar Gereja Katolik dapat mengubah setiap kebiasaan, gaya hidup, pengaturan waktu, bahasa, dan struktur atau susunan gerejawi menjadi kanal yang memadai untuk penginjilan di dunia masa kini. Gereja harus lebih takut menjadi Gereja yang tertutup dalam struktur yang mapan dan merasa aman karena seolah-olah hidup dalam kebiasaan yang membuat kita merasa selamat, sementara di luar pintu kita ada orang-orang kelaparan dan Yesus tanpa henti berkata, “Beri mereka sesuatu untuk dimakan”. Gereja harus menjadi Gereja yang ke luar yaitu komunitas murid yang misioner, Gereja yang mengambil inisiatif, melibatkan diri, mendampingi, dan menghasilkan buah. 

Tentang “mengambil inisiatif”, Tuhan memberi contoh dengan lebih dulu mencintai tanpa gentar mengambil langkah pertama, bergerak menemui, mencari yang jauh, mendatangi orang di jalan dan mengundang yang terkucilkan. 

Tentang “melibatkan diri”, seperti Yesus membasuh kaki para murid. Komunitas penginjil melalui karya sehari-hari melibatkan diri dalam kehidupan orang lain, mendekatkan yang berjarak, dan merendahkan diri. 

Tentang “mendampingi”, seperti Yesus yang menyertai manusia di setiap langkah atau prosesnya,yang mungkin keras dan panjang, kesabaran yang tidak lagi memperhitungkan batas. 

Untuk semua itu, kita memerlukan pertobatan yang terus menerus dan upaya bersama untuk membuat perubahan atau transformasi. Bukan kebetulan bahwa gereja duniawi disebut oleh tradisi sebagai gereja peziarah, yaitu gereja dalam perjalanan, kita masih di pengasingan jauh dari Tuhan (2 Kor 5:6), seperti yang diingatkan oleh Konsili Vatikan II (Lumen Gentium, 48). Orang Katolik harus pertama-tama pergi mencari Tuhan agar kemudian mengalami pertobatan sebagai bekal utama karya perutusannya.

Paus Fransiskus membuat seruan yang kuat untuk pertobatan seluruh Gereja. Pertobatan sebagai syarat untuk pewartaan Injil. Hilangnya otoritas dan sentralitas kekatolikan di dunia kontemporer bukanlah kekalahan, tetapi kesempatan untuk kembali ke Injil. 

Menemukan Sukacita Injil

Dalam sesi narasi refleksi ini dituturkan bahwa Paus Fransiskus menegaskan secara jelas bahwa identitas dan ciri dasar Gereja adalah misioner. Gereja ada karena diutus. Gereja harus berani untuk keluar, tidak tinggal diam dan tenggelam di dalam, atau berpusat pada diri sendiri. Lebih baik melihat Gereja yang kotor, memar, dan lelah karena keluar, berada di jalanan dunia, daripada sakit dan lesu karena diam di dalam, tidak beranjak dari tempat nyamannya. Gereja harus berani mentransformasi diri dalam hal nilai hidup dan pelayanan-pelayanan dengan terang nasihat Injil. 

Orang Katolik adalah orang yang pertama-tama menemukan sukacita Injil, mengalaminya secara batiniah, dan membaca kembali kehidupannya sendiri dalam terang Sabda dan wajah Kristus. Kemudian, dia keluar dari dirinya sendiri, menuju orang lain: “Sukacita Injil yang memenuhi kehidupan komunitas para murid adalah sukacita perutusan” (EG 21).

Setelah sesi narasi refleksi, peserta diajak untuk melakukan renungan secara pribadi dan bergabung dengan kelompok yang sudah terbagi menjadi 7 kelompok untuk melakukan sharing. 

Mewujudkan Gereja yang Terbuka dan Dekat 

Usai sharing, RP Agustinus Anton Widharto, OFM memberikan peneguhan kepada para peserta yang hadir. Dikatakan bahwa rekoleksi dilakukan untuk menghidupkan semangat berjalan bersama. Dari pengalaman sharing yang dilakukan, kita semua memiliki perbedaan. Tetapi yang harus disadari bahwa kita semua disatukan dalam rahmat panggilan yang sama sebagai clerus dan hidup bhakti. Kita itu berbeda tapi disatukan dan dikepalai oleh Yesus Kristus. 

Setiap orang ternyata diperlengkapi dan dilayakan untuk ambil bagian dalam karya pastoral. Jadi setiap clerus dan hidup bhakti hendaknya mensyukuri setiap karunia yang dimiliki seraya terus berusaha mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan.

Melalui kesediaan hadir untuk menjumpai sesama menjadi sarana yang kuat untuk menjumpai Tuhan. Melalui persekutuan umat beriman dengan mendengar pengalaman orang lain, kita dapat menjumpai Tuhan. 

Lebih lanjut, Pastor Paroki Santo Paulus, Depok Lama tersebut mengatakan bahwa Paus Fransiskus mengajak kita untuk terus mendengarkan Roh Kudus dalam hidup kita sehari-hari, karena dari sanalah kita bertumbuh. 

Selain itu peran nyata menjadi konsekuensi logis dari rahmat tahbisan dan rahmat panggilan sebagai hidup bhakti yang telah diterima. Kaum clerus dan hidup bhakti mempunyai peran yang sangat menentukan dalam mewujudkan Gereja yang terbuka dan dekat serta keteladanan pastoral sebagai konsekuensi dari rahmat tahbisan dan rahmat panggilan. 

“Terwujudnya Gereja yang berjalan bersama memerlukan kita yang untuk siap diubah oleh Roh Kudus. Tugas kita bukan untuk memastikan semua persoalan selesai, tetapi untuk terus berjuang setia dalam karya baik yang bisa kita lakukan oleh karena kesetiaan pada karya yang baik, berarti juga kesetiaan kepada Tuhan, Sang Sumber Kebaikan,” Pungkasnya. 

Rangkaian kegiatan rekoleksi sinode ditutup dengan Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr Paskalis Bruno Syukur, dan didampingi oleh RD Stefanus Sri Haryono Putro, dan RD Tarcisius Puryatno. 

Dikuatkan Dalam Terang Roh Kudus

Dalam homili yang disampaikan RD Stefanus Sri Haryono Putro, dikatakan bahwa kerendahan hati dan belas kasih adalah ajaran dari Tuhan Yesus. Hal ini perlu dijunjung tinggi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Melalui pengalaman rekoleksi sinode pada hari ini, diajarkan bagaimana menerima perbedaan dengan kerendahan hati dan belas kasih. Melalui rekoleksi sinode pada hari ini kita menjumpai saudara seiman yang dapat berjalan bersama. Keterbukaan dan kerendahan hati dalam sharing di rekoleksi pada hari ini membuat kita dapat menerima perbedaan yang ada. Selain itu kita saling dikuatkan dalam terang Roh Kudus. 

“Jadilah contoh dan teladan bagi umat, buang jauh hal negatif dan ubah hati kita menjadi berkat bagi sesama,” Harapnya kepada para peserta. 

Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks