Rangkaian Kegiatan Hari Studi KKI Regio Jawa di Keuskupan Bogor

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG- “Katekese Digital” menjadi tema yang dipilih dalam kegiatan Hari Studi Komisi Karya Kepausan Indonesia ( Komisi KKI) Seregio Jawa yang pada tahun ini dilaksanakan di Keuskupan Bogor, tepatnya pada tanggal 20-22 Oktober 2023 di Rumah Retret Puspanita yang berlokasi di Kecamatan Ciawi, Kota Bogor. Katekese Digital dipilih sebagai tema yang relevan di tengah perkembangan era teknologi yang semakin masif saat ini. Tidak dapat dipungkiri, pada masa sekarang ini kita dapat dengan mudah mengakses informasi yang berlimpah tanpa sekat atau batasan. Perkembangan era teknologi yang seturut dengan berkembangnya sarana komunikasi digital ini pun tentu memberikan pengaruh di setiap lini kehidupan, termasuk di dalam bidang keagamaan.

Dalam pendekatan pengajaran agama dan kepercayaan di dalam budaya digital saat ini, Gereja memandang bahwa budaya digital merupakan sebuah anugerah Allah dan mengajak umat beriman untuk memanfaatkan sarana-sarana digital bagi pewartaan Kabar Gembira. Untuk itu, melalui Katekese Digital, Gereja dapat memanfaatkan media sosial, situs web, maupun platform daring dalam mewartakan pesan-pesan keagamaan dan ajaran moral. 

Terkait dengan konteks tersebut, Gereja turut memiliki perhatian terhadap perkembangan katekese digital, terutama dalam bidang pewartaan bagi iman anak dan remaja. Untuk itu Komisi KKI di Regio Jawa pun berupaya berjalan bersama untuk bergerak aktif dalam memperdalam keterampilan para pendamping anak dan remaja dalam bidang katekese digital. Dengan demikian, digitalisasi diharapkan tidak lagi menjadi sebuah ancaman, namun menjadi sumber ataupun sarana sukacita Injil bagi anak dan remaja.

Tuhan Mengenal Setiap Pribadi Manusia

Kegiatan di hari pertama diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dirayakan secara konselebrasi dipimpin oleh RD Yohanes Suparta selaku Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor. Di dalam homili yang disampaikan, Ia mengatakan bahwa kerap kali ada ketakutan yang muncul ketika ambil bagian dalam sebuah tugas. Rasa takut yang muncul adalah rasa takut ketika tidak dikenali, dan tidak dipercaya. Namun hal yang perlu diingat adalah Tuhan mengenali setiap pribadi manusia dan mempercayakan setiap manusia kepada tugasnya masing-masing dalam Gereja. 

“Bacaan Injil mengarahkan kita bahwa kita perlu membangun rasa takwa untuk sungguh mengimani Tuhan yang menganugerahkan kita dengan hal-hal baik. Setiap usaha baik menjadi pondasi kita untuk ambil bagian dalam Gereja. Terutama untuk mendampingi anak-anak dan remaja dalam mengenal Gereja,” tutup Romo Suparta. 

Pengaruh Digitalisasi Dari Perspektif Psikologi

Tidak dapat dipungkiri, masifnya perkembangan era digital memiliki dampak bagi budaya maupun cara hidup manusia. Dalam sesi bertajuk “Membersamai Psikologis Anak dan Remaja di Era Digital” yang dibawakan oleh Adriana Amalia Herviany, M.Psi, Psikolog, CHt dipaparkan tentang bagaimana cara membersamai psikologis usia anak dan remaja di era digital. 

Perkembangan dunia digital memiliki sisi kebermanfaatan dan sisi tantangan bagi para pendamping bina iman anak-anak maupun remaja. Adriana pun memberikan pesan untuk mendampingi anak dan remaja di dunia digital adalah dengan menjadi teman yang tidak menghakimi dan memahami kebutuhan psikologis dari diri anak-anak dan remaja yang didampingi.


Katekese dan Media Sosial 

”Apakah ada tantangan ketika berkatekese di media sosial?”

Pada sesi kedua, seorang influencer  beragama Katolik hadir dan membagikan cerita serta pengalamannya saat menggunakan media sosial sebagai sarana berkatekese. Ia pun mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi dalam berkatekese adalah rasa minder di dalam diri karena beberapa kritikan terhadap konten katekese yang Ia buat di media sosial. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya dan Ia pun terus belajar mendalami agama Katolik dari berbagai sumber agar apa yang disampaikannya di dalam konten semakin baik dan informatif. 

“Sebelum memutuskan untuk berkatekese di media sosial, hal yang pertama dilakukan adalah saya menyadari bahwa saya begitu mencintai Katolik, karena hal tersebut apapun tantangan yang saya hadapi saya tidak pernah berhenti untuk mewartakan,” tuturnya. 


Dunia Digital Dalam Perspektif Teologi dan Pedagogi 

Usai mendapatkan pemahaman tentang dunia digital dari berbagai perspektif, kini giliran RD Salto Deodatus yang memaparkan materi bertajuk Dunia Digital Dalam Perspektif Teologi dan Pedagogi. 

“Jika kita ingin anak-anak kita dekat dengan Tuhan, maka kita perlu melakukan pendekatan dengan menggunakan perkembangan teknologi yang familiar dengan kehidupan mereka,” tutur RD Salto Deodatus. 

Ia pun menuturkan bahwa tidak dapat dipungkiri anak-anak jaman sekarang sangat terpapar dunia teknologi yang begitu mudah diakses. Fenomena yang muncul perlu dilihat melalui kacamata iman dimana perlu ada komunikasi dan koneksi yang dibangun kepada anak-anak agar mereka memahami bahwa diri mereka dikasihi dan dipahami kebutuhannya. 

“Maka kita perlu menjadikan teknologi digital sebagai sarana evangelisasi bagi anak-anak jaman saat ini. Perlu kreativitas dalam membangun komunikasi di era saat ini,” tutur Pastor Diosesan Keuskupan Agung Jakarta tersebut. 

Selain itu, Romo Salto menyampaikan beberapa poin penting dalam pendampingan bagi anak dan remaja yang perlu diolah, yaitu keberakaran, relasi, identitas yang jelas, kerangka orientasi, dan transedensi. 

Proses Bina Iman : Keberlanjutan


“Animator adalah pemberi jiwa dan gerak terhadap bina iman anak maupun remaja,” tutur RD Yosef Irianto Segu. 

Pada sesi ini, Dirdios KKI Keuskupan Bogor tersebut menyampaikan tentang proses bina iman anak dan remaja merupakan sebuah proses yang keberlanjutan. Maka, Ia pun mengatakan bahwa animator perlu memiliki kompetensi pedagogis seperti memiliki pemahaman tentang anak-anak secara mendalam, merancang pembelajaran dan mengimplementasikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Terkait dengan perkembangan dunia digital saat ini, Dirdios KKI Keuskupan Bogor tersebut menyampaikan bahwa media sosial dapat menjadi alat pedagogi iman Katolik, sebuah alat untuk membentuk dan mendalamkan umat Katolik. Ia pun melanjutkan bahwa penggunaan media sosial yang bijak dapat membantu menghubungkan iman dengan dunia digital dan memperkuat koneksi antara iman dan kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya pemaparan materi saja, kegiatan Hari Studi KKI Regio Jawa pun diselingi dengan Outing Misi di Kuntum Farmfield. Dalam kesempatan ini, para peserta yang berasal dari keuskupan-keuskupan yang berada di wilayah Jawa ini turut membuat konten kreatif sesuai dengan tema yang telah ditentukan. 


Seluruh rangkaian kegiatan yang berjalan selama tiga hari ini ditutup dengan menghadiri  Puncak Perayaan Pekan Misi Sedunia dan Hari Pangan Sedunia yang diadakan di Komplek Sekolah Regina Pacis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks