keuskupanbogor.org – Tema Tahun Pastoral pada tahun 2024 di Keuskupan Bogor berfokus kepada anak dan remaja. Tema tersebut menunjukan bahwa Gereja Keuskupan Bogor memiliki kesadaran akan pentingnya pembinaan iman bagi anak dan remaja. Terkait dengan hal tersebut, Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Bogor mengambil langkah konkret dalam memberikan pendampingan berkelanjutan bagi anak dan remaja melalui program-programnya. Salah satunya adalah pelaksanaan program School of Missionary Animators (SOMA) yang diadakan pada tanggal 15 hingga 17 Maret 2024 dan berlokasi di Sparks Forest Adventure, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.
Program SOMA ini ditujukan bagi para animator pendamping iman di paroki-paroki yang berada di Keuskupan Bogor yang bertujuan dalam memperluas wawasan misi dan keterampilan para animator, meningkatkan kualitas serta kuantitas animator dan menjalin kekompakan antar sesama animator BIA/BIR paroki di Keuskupan Bogor sehingga dapat berjalan bersama serta menjadi pendamping iman anak dan remaja yang berkelanjutan sesuai dengan terang Injil.
Rangkaian kegiatan diawali dengan Misa Pembuka yang dirayakan secara konselebrasi, dipimpin oleh Uskup Keuskupan Bogor yaitu Mgr Paskalis Bruno Syukur, didampingi Direktur Nasional (Dirnas) Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (BN-KKI) yaitu RD Markus Nur Widipranoto, Direktur Diosesan (Dirdios) Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Bogor yaitu RD Yosef Irianto Segu, RD Wolfgang Amadeus Mario Sara selalu Wakil Ketua KKI Keuskupan Bogor.
Animator adalah Peran yang Penting
Di dalam homili, Mgr Paskalis menyampaikan bahwa peran seorang animator sangatlah penting karena harus berjuang menjadi teladan yang memberikan tindakan konkret yang terarah saat memberi bimbingan kepada anak dan remaja.
“Memang amat penting peran sebagai seorang animator dalam formasi membina iman anak dan remaja. Figur animator menjadi orang yang dekat dengan mereka yang memberi contoh akan kehidupan yang dekat dengan Allah. Poin utamanya adalah seorang animator memiliki kesadaran diri yang tinggi yang harus meyakini diri memiliki peran penting dalam keseluruhan peran Allah untuk melakukan karya ini. Bukan karena keterpaksaan, namun benar-benar memberikan diri pada peran karya pastoral yang berfokus pada anak dan remaja,” ucap Monsinyur Paskalis.
Lebih lanjut, Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) tersebut pun menegaskan bahwa seorang animator harus mampu mentransformasi iman anak dan remaja. Serta mentransformasi diri dalam hal penyampaian pengajaran, tingkah laku dan menghidupi pertobatan sebagai teladan hidup.
“Saya amat mendukung program School of Missionary Animators yang diadakan ini. Mari memberikan prioritas karya pastoral yang berfokus kepada pertumbuhan iman anak dan remaja, serta mari menyadari akan panggilan yang kita miliki sebagai seorang animator yang menciptakan memori yang indah akan iman yang mereka miliki,” pesannya.
Animator yang Memberikan Spirit
Sebelum berkat penutup, RD Yosef Irianto Segu menyampaikan dalam sambutannya agar para animator dapat menjalani dinamika di dalam kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini agar mendapatkan bekal yang cukup sebagai seorang animator yang memberikan spirit dalam pendampingan iman anak dan remaja.
Hal yang disampaikan tersebut, seturut dengan pernyataan dari RD Markus Nur Widipranoto pun menyampaikan agar para peserta dapat berdinamika dalam program SOMA yang berjalan ini. Dirnas BN KKI tersebut pun menjelaskan bahwa program SOMA merupakan program dari Roma yaitu SEKAMI Internasional yang bertujuan agar animator dapat siap sedia dalam menemani anak dan remaja dan membimbing mereka dalam iman akan Katolik.
Selain itu, Pastor Nur Widi turut menyampaikan usulan kepada Monsinyur Paskalis agar nama BIA dan BIR di paroki-paroki Keuskupan Bogor ditransformasi menjadi SEKAMI.“Melalui kesempatan ini, saya ingin mengusulkan kepada Monsinyur Paskalis agar mengubah nomenklatur BIA BIR dapat ditransformasi menjadi SEKAMI,” tuturnya.
Nomenklatur SEKAMI
“Fokus Pastoral Keuskupan Bogor pada tahun ini adalah anak dan remaja. Di setiap paroki jumlah anak dan remaja cukup banyak. Karena itu saya menegaskan agar ini menjadi fokus pastoral dengan memberikan perhatian lewat Kirab Misi. Dalam Kirab Misi, anak dan remaja diberikan kesempatan dan ruang dalam berkarya,” tutur Monsinyur Paskalis dalam sambutannya.
Selain itu, Monsinyur Paskalis juga memberikan persetujuan atas usulan Pastor Nur Widi agar nomenklatur BIA dan BIR ditransformasi menjadi SEKAMI.
Cerdas Tangguh Gembira dan Misioner
Usai Misa, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh RD Markus Nur Widipranoto yang menyampaikan terkait arah pendampingan iman anak dan remaja. Dalam pemaparannya, Ia menyampaikan bahwa arah dalam pendampingan iman terhadap anak dan remaja adalah dengan menyampaikan tentang pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik, pembinaan moral Katolik dan peningkatan keaktifan menggereja dan memasyarakat yang dilandasi semangat doa, derma, kurban, kesaksian (2D2K).
“Beriman itu proses yang bertarget, beriman itu adalah sebuah pertumbuhan maka iman itu harus dirawat dan dijaga. Oleh karena itu penting memiliki sebuah komunitas dalam pertumbuhan iman agar tidak berjalan sendiri. Pertumbuhan iman berjalan terus menerus dan pastinya akan ada dinamika di dalam prosesnya maka perlu ada pertobatan terus menerus,” tutur Pastor Keuskupan Agung Semarang tersebut.
Lebih lanjut, Pastor Nur Widi menyampaikan bahwa kita mesti beriman secara cerdas agar tangguh dan tak tergoyahkan dengan mendalami iman secara benar dan mendalami spritualitas yang dimiliki. Ketika beriman secara cerdas maka kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita yang akan membuat kegembiraan batin di dalam diri. Ketika sudah merasakan kegembiraan batin, maka dari dalam jiwa ada dorongan mewartakan Injil kepada semua orang.
Selain itu Pastor Nur Widi menyampaikan bahwa ada empat unsur utama dalam formatio iman yaitu pengembangan pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik untuk menginternalisasikan pengajaran, pembinaan moral Katolik dan praksis hidup menggereja dan memasyarakat.
Misi dan Spiritualitas Misioner
Pada hari kedua, kegiatan diawali dengan Misa yang dipimpin oleh RD Wolfgang Amadeus Mario Sara bersama RD Markus Nurwidi Pranoto dan RD Yosef Irianto Segu.
Kemudian kegiatan selanjutnya adalah pemaparan materi dari RD Markus Nur Widipranoto selaku Dirnas BN KKI yang memberikan materi berjudul Misi dan Spiritualitas Misioner. Dalam pemaparan materinya Pastor Nur Widi menjelaskan tentang arti dari misioner. Misioner berasal dari kata “misi”, misi berarti “pergi ke luar”. Singkatnya, misi berarti pergi ke luar dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Misi Kristiani berarti pergi ke suatu tempat untuk mewartakan iman Kristiani, lalu makna dari misioner berarti harus mewartakan iman Kristiani. Misi tidak selalu bermakna pergi ke suatu tempat dalam konteks teritorial, namun bermisi adalah pertama-tama berarti keluar dari keterbatasan diri dan keegoisan diri.
Lebih lanjut, Pastor Nur Widi menuturkan bahwa misionaris bukan hanya klerus, namun juga umat awam yang telah menerima baptisan yang disatukan dengan sakramen Ekaristi dan diteguhkan dalam sakramen krisma.
“Misionaris adalah kita semua. Kita memiliki tugas perutusan dan cara melayani yang berbeda. Namun, yang terpenting adalah kita mau menyediakan diri kita bagi Tuhan dengan menjadi seorang misionaris Kristiani lewat doa, derma, kurban, kesaksian sebagai teladan hidup. Jadilah misionaris yang baik dan benar dengan giat mewartakan Kristus lewat cara hidup kita,” pesannya.
Dalam konteks pelaksanaan program SOMA ini, maka para peserta yang hadir diutus menjadi Animator Misioner anak dan remaja yang memiliki tugas perutusan mengantar anak dan remaja kepada pemahaman akan Yesus Kristus. Selain itu, menjadi animator memiliki tugas perutusan untuk ambil bagian dalam bela rasa Tuhan terhadap anak dan remaja serta berpartisipasi kegembalaan Yesus Kristus.
“Tugas animator anak dan remaja adalah pergi bersama Yesus karena telah dipanggil, dipilih dan diutus oleh Yesus. Selain itu, tugas utama seorang animator adalah berdoa secara tekun dan memberi hati untuk misi keselamatan jiwa-jiwa. Tugas lainnya adalah menjadikan dan memampukan anak dan remaja untuk menjadi murid-murid Yesus.
Pastoral Anak dan Remaja Keuskupan Bogor
Kemudian, RD Yosef Irianto Segu selaku Dirdios KKI Keuskupan Bogor yang membawakan tentang Pastoral anak dan remaja Keuskupan Bogor.
“Prioritas yang perlu kita dampingi adalah anak dan remaja. Maka perlu ada dua pendamping yang mendampingi anak-anak sesuai dengan segmentasi usianya,” tuturnya.
Lebih Lanjut, Pastor Segu menyampaikan tentang tantangan dalam menjalani peran sebagai animator, seperti komitmen keberlanjutan, latar belakang animator, kompetensi animator, formasi misioner yang kurang, serta minimnya pengetahuan dan keterampilan katekese digital.
Kemudian Pastor Segu turut menyampaikan bahwa dalam pelayanannya, KKI Keuskupan Bogor memiliki empat divisi yaitu SEKAMI ANAK, SEKAMI REMAJA (TSOM), MAMEDO (katekese digital, Digi Sekami), dan Animator (SOMA).
Dunia Anak dan Remaja
Kristofora Wiwi yang merupakan anggota Tim BN KKI menjadi pembicara selanjutnya yang membawakan materi tentang Dunia Anak dan Remaja. Dalam pemaparannya, anggota KKI Keuskupan Bandung tersebut menyampaikan tentang pentingnya pendampingan anak usia dini. Anak usia dini adalah masa perkenalan pada masa pembelajaran dan menjadi usia yang baik untuk mendapatkan kesan positif dalam pengajaran.
“Dalam pendampingan anak dan remaja, kita juga perlu memahami tumbuh kembang anak agar dapat memfasilitasi dan memahami bagaimana memberi contoh dan pengajaran secara konkret dalam mendampingi anak dan remaja,” ujar Dosen Psikologi tersebut.
Wiwi turut menyampaikan bahwa selain memahami tumbuh kembang anak, kita juga perlu memahami generasi dari teman-teman pendamping yang setim dengan kita dalam memberikan pelayanan pendampingan agar bisa dapat saling memahami.
Usai pemaparan materi-materi, kegiatan dilanjutkan dengan pengetahuan serta praktek kreativitas mengajar dan animasi misioner yang dipandu Kristofora Wiwi dan Antonius Turmudi Hartono selaku Tim BN KKI. Dalam sesi ini, peserta dibagi ke dalam dua kelas yaitu SEKAMI Anak dan SEKAMI Remaja. Di masing-masing kelas, para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk menyusun bahan ajar serta membuat praktek mengajar SEKAMI.
Rangkaian kegiatan di hari kedua pun ditutup dengan pendarasan doa rosario misioner.
Simpulan Kegiatan
Kegiatan di hari ketiga, dimulai dengan simulasi praktek pendampingan yang dilakukan oleh para peserta. Simulasi praktek pendampingan ini dilakukan secara berkelompok. Salah satu fasilitator, yaitu Antonius Turmudi Hartono memberikan pesan bagi para animator yaitu agar seorang animator harus mempersiapkan materi pendampingan dengan baik dan kreatif.
“Jangan jadikan keterbatasan sarana sebagai sebuah halangan, para animator harus memiliki kreativitas dalam pendampingan iman serta persiapan dalam menyampaikan materi. Selain itu, sebagai pendamping, seorang animator harus memiliki rasa percaya diri dalam memberikan pendampingan iman,” pesannya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan kesimpulan proses SOMA oleh Pastor Nur Widi, dalam penyampaiannya dijelaskan hal yang perlu diperhatikan ialah SEKAMI merupakan nomenklatur yang kini digunakan. Subjek dari SEKAMI adalah anak, remaja dan animator. Maka, suasana pendampingan diisi dengan suasana kebersamaan, kegembiraan dan sukacita.
“Dalam pendampingan, harus dihindari menghukum anak dan remaja karena ajaran yang kita berikan adalah pewartaan tentang Allah Yang Maharahim, bukan Allah yang menghukum tetapi Allah yang solider,” pesannya.
Lebih lanjut, disampaikan pula tentang isi materi pendampingan yang disampaikan adalah mengenai Kitab Suci, Ajaran Gereja, Kisah Santo Santa, Gereja Lokal. Sedangkan untuk metode pendampingan dapat dilakukan dengan lagu, gerak, permainan, cerita serta alat-alat peraga. Kemudian disampaikan pula bahwa arah tujuan pendampingan adalah hidup dalam Kristus dengan 2D2K yaitu menjadi Katolik militan dan misioner.
“Militan saja tidak cukup, harus misioner! Karena Tuhan sendiri sudah melakukan itu. Maka ketika Tuhan sudah melakukan, sebagai muridNya kita harus mewartakan apa yang dilakukan oleh Tuhan. Selain itu, dalam pendampingan iman anak dan remaja perlu dilakukan sinergi antara orangtua, pastor paroki, pengurus paroki dan animator,” tegasnya.
Setia Dalam Pelayanan
Seluruh rangkaian kegiatan selama tiga hari ini ditutup dengan Misa yang dipimpin oleh RD Markus Nur Widipranoto, dan didampingi oleh RD Yosef Irianto Segu. Di dalam homili yang disampaikan Pastor Nur Widi menyampaikan bahwa ketika menyediakan diri menjadi seorang animator yang mendampingi anak dan remaja, maka kita menyediakan diri berjumpa dengan Yesus.
“Hayati setiap tindakan kita dengan mengimani bahwa kita ingin berjumpa dengan Yesus. Kerap kali ada godaan yang menghampiri para pelayan yang ingin dihormati oleh orang lain. Maka, marilah menguatkan motivasi diri bahwa ketika melayani, kita memiliki tujuan untuk bertemu dengan Yesus,” pesannya.
Dalam Misa ini, para animator mengucapkan doa dan janji setia animators misioner pendamping SEKAMI Keuskupan Bogor. Sebagai penutup, Pastor Segu menyampaikan agar para animator dapat terus mengembangkan diri dan setia dalam pelayanan sebagai seorang pendamping iman anak dan remaja.