Keuskupan Bogor Merefleksikan Tiga Dokumen Paus Fransiskus Dalam Pertemuan Para Imam

Loading

KEUSKUPANBOGOR.ORG- Temu Imam Keuskupan Bogor adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh para Imam yang berkarya Pastoral di Keuskupan Bogor. Kegiatan Temu Imam menjadi suatu momentum untuk menjalin keakraban dengan sesama Imam, selain itu kegiatan pun diisi dengan studi serta refleksi bersama. 

Kali ini, Temu Imam dilaksanakan pada tanggal 23-24 Juli 2024 yang bertempat di Tugu Wacana SVD, Jalan Raya Puncak, Cisarua, Bogor. Pada hari pertama, ada refleksi bersama dengan tajuk “Evaluasi Kebijakan dan Sharing Pelaksanaan Dokumen Abu Dhabi, Fratelli Tutti, dan Laudato Si di Keuskupan Bogor dalam rangka kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia”. Refleksi tersebut disampaikan oleh RD Mikail Endro Susanto, RD Dionysius Manopo, RD Yosef Irianto Segu dan RD Bonifasius Heribertus Beke. 

Mencontoh Orang Samaria Yang Baik Hati

Diawali oleh RD Dionysius Manopo yang menyampaikan bahwa Paus Fransiskus menegaskan bahwa iman kepada Allah mempersatukan dan tidak memecah belah. Iman itu mendekatkan kita, kendatipun ada berbagai macam perbedaan, dan menjauhkan kita dari permusuhan dan kebencian. 

Romo Dion menyampaikan, bahwa dalam dokumen Fratelli Tutti, Paus Fransiskus menegaskan bahwa arah hidup orang Katolik hanyalah mencontoh orang Samaria yang baik hati. Melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati, kita diharapkan memiliki kasih yang sanggup mengatasi segala batasan dan kasih ini adalah dasar bagi persahabatan sosial. Melalui perumpamaan ini pula, kita diajak untuk menyadari bahwa kedalaman hidup rohani seorang sesungguhnya diukur dari kedalaman kasih yang dimilikinya. 

Selanjutnya RD Mikail Endro Susanto menyampaikan aktualisasi dokumen Fratelli Tutti dalam Pastoral Keuskupan Bogor yaitu melalui perjumpaan dan dialog dengan umat beragama lain. 

Vikaris Episkopal Kemasyarakatan Keuskupan Bogor tersebut pun memberikan beberapa contoh kegiatan yang dilakukan yaitu Deklarasi Persahabatan Manusiawi Kota Bogor, Seminar Kebangsaan Harmoni Dalam Kebhinekaan, Talkshow Talenta Untuk Negeri, Sinode Toleransi dan Bakti Sosial, Safari Toleransi, serta kegiatan-kegiatan yang bercorak silaturahmi kebangsaan lainnya.

Pertobatan Ekologis

Selain dokumen Fratelli Tutti dan dokumen Abu Dhabi, dalam sesi refleksi ini turut disampaikan pula dokumen Laudato si. Penyampaian dokumen tersebut diberikan oleh RD Bonifasius Heribertus Beke selaku Ketua Komisi Ekologi Keuskupan Bogor. Dalam refleksinya, Ia menyampaikan bahwa pertobatan ekologis adalah sebuah tindakan yang terus menerus harus dilakukan. Melakukan pertobatan ekologis berarti terlibat aktif dalam membangun hubungan yang solid dengan dunia sekitar sebagai buah perjumpaan pribadi dengan Kristus.

Selain disampaikan mengenai materi dokumen Laudato Si, disampaikan pula upaya konkrit Keuskupan Bogor dalam mewujudkan pertobatan ekologis yang mampu menyentuh akar rumput. RD Yosef Irianto Segu pun memberikan beberapa contoh rupa aktualisasi dokumen Laudato Si seperti kolekte sampah, pengurangan bunga potong sebagai dekorasi, serta membangun jejaring dengan pihak pemerintahan maupun swasta dalam mengolah sampah. 

Menjaga Kontinuitas

Pada akhir sesi di hari pertama, RD Yohanes Suparta menyampaikan bahwa Temu Imam kali ini memiliki tujuan untuk melihat dan merefleksikan tiga dokumen Paus Fransiskus yaitu Abu Dhabi, Fratelli Tutti, dan Laudato Si, serta seperti apa Keuskupan Bogor mengaktualisasikan ketiga dokumen tersebut dalam karya pastoral yang dijalani.

Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor tersebut pun menyampaikan bahwa upaya-upaya luar biasa yang sudah para Imam inisiasi dan lakukan tersebut haruslah perlu dijaga kontinuitasnya.

“Ini menjadi refleksi dan evaluasi bersama kita, mengapresiasi dan membangun harapan, berjalan bersama mewujudkannya, agar tidak berhenti pada kebijakan dan slogan semata. Iman akan Allah yang hidup dan terwujud dalam merawat dialog dengan alam dan sesama. Mari kita tinggal bersama alam dan sesama, bukan bersama-sama meninggalkan alam dan sesama,” pesannya. 

Corak Khas Nusantara 

Di hari kedua, Mgr Paskalis Bruno Syukur membagikan tentang hasil sidang Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Dalam pemaparannya, Monsinyur Paskalis membagikan tentang refleksi-refleksi selama proses sidang. Salah satunya adalah terkait Gereja Katolik di Indonesia yang memiliki corak khas yang terekam dalam kenusantaraannya.

“Dalam refleksi, Gereja bukan hidup bagi dirinya sendiri, tetapi berusaha tetap relevan dan bermakna bagi seluruh bangsa ini. Corak khas Gereja Katolik Indonesia terekam dalam kenusantaraannya. Kekayaan Budaya Nusantara diterima dan dimurnikan oleh Injil,” tutur Sekretaris Jenderal KWI tersebut. 

Ia pun menegaskan bahwa Gereja Katolik bukanlah suatu menara gading, tetapi Gereja Katolik terlibat dalam hiruk pikuk permasalahan dunia ini sehingga semangat Gaudium et Spes sungguh dihidupi. 

Pokok Pencerahan Pastoral

Usai membagikan refleksi, Monsinyur Paskalis menyampaikan pokok-pokok pencerahan bagi Pastoral di Keuskupan Bogor yang dibagi menjadi beberapa poin yaitu, 

Pertama, Gereja yang menyejarah. Di usia Keuskupan Bogor yang ke 75 tahun ini, hendaknya kita perlu menghargai warisan sejarah misi di keuskupan. Untuk itu, Monsinyur menyampaikan agar ada buku sejarah Keuskupan Bogor yang ditulis dengan baik. 

Kedua, Gereja Katolik bercorak Indonesia. Monsinyur Paskalis menekankan agar seluruh elemen Keuskupan Bogor dapat memajukan perkembangan dekanat-dekanat dalam sentuhan budaya. Selain itu, untuk mengembangkan Gereja Keuskupan, diharapkan komisi-komisi dapat menganimasi umat di tingkat dekanat.

Ketiga, Gereja yang membangun dialog. Maksudnya adalah membangun dialog antar umat beragama, dialog dengan kebudayaan serta dialog dengan pemerintah, TNI dan POLRI.

Keempat, Gereja yang memperjuangkan eksistensinya. Yaitu dengan tetap bertekad menyumbangkan sesuatu yang bermakna bagi bangsa dan negara. Monsinyur Paskalis mengajak kita untuk menyadari bahwa kita mesti berjuang untuk mewujudkan hal ini. 

Kelima, Gereja yang terus melakukan transformasi diri. Monsinyur Paskalis menekankan adanya transformasi yang mencakup struktural dan transformasi personal. Pastoral tidak terpusat pada sentral namun perlu diperhatikan di Dekanat serta Stasi. 

Keenam, Gereja yang terus menerus mewujudkan jati dirinya sebagai komunitas berpengharapan, bercorak eksodus yaitu berjuang keluar dari suasana penindasan serta berhenti bercorak kenabian.

One thought on “Keuskupan Bogor Merefleksikan Tiga Dokumen Paus Fransiskus Dalam Pertemuan Para Imam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Enable Notifications OK No thanks