Membersihkan Hati

Loading

Senin. 9 Desember 2019
HR SP Maria Dikandung Tanpa Noda
Bacaan I :  Kejadian 3:9-15.20
Bacaan II: Efesus 1:3-6.11-12
Bacaan Injil : Luk 1: 26-38

Ketika seorang tamu penting hendak datang ke rumah kita, tentulah kita dengan sebaik mungkin menyiapkan rumah dan juga diri kita agar si tamu nanti dapat merasakan kenyamanan, sehingga timbul kesan baik akan rumah dan diri kita. Oleh sebab itu, kita pun membersihkan rumah kita seluruhnya, termasuk halaman dan toilet, agar jangan sampai sedikit noda pun terlihat.

HARI ini kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Perayaan ini ingin menunjukan bahwa Maria yang nantinya akan mengandung Tuhan Kita Yesus Kristus sungguh tak berdosa, dan hal ini terjadi tentunya atas Kuasa Allah. Meski ada dosa asal, namun Allah yang memiliki rencana besar kepada manusia untuk menghadirkan Penyelamat yang tak berdosa membuat Maria menjadi lepas dari dosa asal tersebut, sehingga ia pun dikandung tanpa noda. Hal ini diungkapkan oleh St. Thomas Aquinas dan menjadi dogma Gereja.

Lantas bagaimana dengan diri kita yang sebentar lagi akan merayakan hari kelahiran Tuhan? Jika Bunda Maria yang dikandung tanpa noda saja begitu rendah hati untuk menyiapkan kedatangan Tuhan, sudah sepatutnya kita pun masuk dalam usaha menyucikan diri, bertobat, bahkan jika perlu berpuasa untuk menyiapkan diri. Tujuannya adalah untuk membersihkan ruang di hati kita agar Yesus Kristus sungguh hadir di dalam diri kita, sehingga kita pun siap menjadi pribadi baru; menjadi anak-anak Allah. Ketika Dia hadir di dalam diri, kita pun berusaha mendengar dan mengikuti rencana-Nya. Meneladani Maria yang penuh dengan kerendahan hati dan ketaatan, kita pun diajak untuk selalu berseru “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu”.

Rencana Allah kepada kita adalah rancangan yang terbaik yang hendak membawa kita pada kebahagiaan kekal bersama-Nya. Oleh sebab itu, di masa Adven ini, marilah kita sungguh menyiapkan diri, membersihkan hati dan pikiran serta membiarkan Allah hadir dalam diri kita seperti kita hendak menerima tamu penting. Semoga kita pun pada akhirnya layak untuk disebut sebagai anak-anak Allah.

[Fr. Albertus Aris Bangkit Sihotang ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!