Fraternity & Paternity: Pertemuan Bina Imam Muda Keuskupan Bogor

Loading

Bogor-keuskupanbogor.org: Para imam muda Keuskupan Bogor (Diosesan Bogor, CSE, dan OFM) yang tergabung dalam Bina Imam Muda (BIM) mengadakan pertemuan di Paroki Santo Joannes Baptista, Parung pada 20 November 2018. Pertemuan yang dihadiri oleh 16 imam Diosesan Bogor dan 2 imam CSE ini terbagi ke dalam dua sesi, yakni studi bersama dan sharing informasi seputar BIM. Narasumber dalam studi bersama pada pertemuan kali ini adalah RD. Habel Jadera, seorang imam muda Keuskupan Bogor yang baru saja menyelesaikan studi misiologi di Roma. Pastor Habel mengajak para imam muda untuk membahas Ratio Fundamentalis Institutionis Sacerdotalis bersama-sama. Institusi yang diterbitkan kembali oleh Paus Fransiskus ini berisi tentang formasi pendidikan imam, dan merupakan sintesis dari Seruan Apostolik (Apostolic Exhortation) Santo Paus Yohanes Paulus II: Pastores Dabo Vobis (25 Maret 1992) dan Surat Apostolik (Motu proprio) Ministrorum Institutio Paus Benediktus XVI.

Menurut Pastor Habel, perjalanan formatio para imam dimulai di tahun-tahun seminari, dengan pembinaan yang terintegrasi dalam komunitas dan berlandaskan semangat misionaris. Formatio para Imam mengacu pada perjalanan kemuridan yang dimulai dari pembaptisan, kemudian dikhususkan dalam pendidikan di seminari. Pembentukan seseorang menjadi imam bukan hanya soal intelektual saja, tetapi seperti mengacu pada Pastores Dabo Vobis, ada berbagai aspek integral yang ditekankan: manusia, intelektual, spiritual, dan pastoral. Dasar dari formasi para imam adalah subjek yang membentuknya, yakni untuk membantu seminaris mengintegrasikan aspek-aspek formasi di bawah bimbingan Roh Kudus, serta selalu berdasarkan pada identitas Kristus. Dengan kata lain, formasi imam adalah tentang meneguhkan panggilan seminaris untuk “Go out of himself to make His way, in Christ” (RFYS 29).

Hidup dalam komunitas

Prinsip pembinaan seminaris meliputi pendampingan pribadi, pendampingan secara komunitas, dan kesatuan dari formasi. Di dalam pembinaan seminaris, para formator hendaknya mendampingi pribadi tiap seminaris. Formator pun harus mengembangkan kepercayaan yang sama kepada seluruh seminaris, sehingga tidak ada satupun yang dianakemaskan atau dianaktirikan. Pendampingan secara komunitas adalah membina hubungan yang baik antara seminaris dengan seminaris, dan seminaris dengan formator. Kesatuan dari formasi bersifat terus-menerus, dan hal penting yang perlu digarisbawahi ialah bahwa semua imam merupakan formator.

Perjalanan formatio imam memiliki banyak tantangan. Tantangan-tantangan antara lain adalah ditemukannya kelemahan dalam pelayanan, kesombongan rohani, serta tantangan kultur modern “zaman now” yang memunculkan permasalahan yang kompleks. Maka, dalam Ratio Fundamentalis, para imam disarankan untuk selalu membina hidup komunitas, misalnya dengan mengadakan pertemuan persaudaraan, bimbingan spiritual, pengakuan dosa, retret, dan makan bersama. Di Keuskupan Bogor sendiri ada beberapa wadah persaudaraan antarimam, antara lain Temu Imam, UNIO dan BIM. Dengan demikian, fraternity dan paternity hendaknya senantiasa menjadi bagian dalam hidup para imam yang selalu mengalami formatio, karena para imam lahir dari komunitas dan hidup dari komunitas. (RD. Jeremias Uskono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!