Pengenalan Karina KWI Caritas Keuskupan Bogor dan Tanggap Darurat Bencana Alam Caritas Bogor.

Loading

Hari Minggu tanggal 15 Juli 2018, Pk.09.00 s.d. 14.00 WIB bertempat di SMK Baranangsiang, PSE Keuskupan Bogor yang dipimpin oleh Pastor RD Ridwan  Amo mengundang seluruh ketua Seksi PSE dan 1 orang timnya, di mana PSE Keuskupan Bogor ini terbagi menjadi 4 Dekenat yaitu: Dekenat Utara, Dekenat Selatan, Dekenat Barat dan Dekenat Tengah, dengan 2 agenda kegiatanya itu perihal: Pengenalan Karina KWI Caritas Keuskupan dan Tanggap darurat bencana alam Caritas Bogor.

Acara dimulai dengan terlebih dahulu mengisi daftar kehadiran yang sudah disiapkan di pintu masuk ruang pertemuan dengan baik dan rapih oleh Bp.Heri sehingga sangat mudah untuk mencari nama yang sudah tercantum di daftar kehadiran dan para undangan tinggal mengisi nomor telepon, alamat email dan membubuhi tandatangan. Selanjutnya adalah acara sarapan pagi bersama dengan menu yang sehat yaitu: ubi dan singkong rebus ditambah pisang goreng dan sudah tersedia minuman teh hangat atau kopi.

Tepat Pk.9.15 WIB semua peserta sudah masuk dan duduk di ruang pertemuan yaitu di aula SMK Baranangsiang, maka Romo Eko selaku Ketua Caritas Keuskupan Bogor membuka acara pertemuan dengan diawali doa pembukaan yang dipimpin oleh seorang bapak dari PSE Paroki Cipanas. selesai doa pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua PSE Keuskupan Bogor yaitu Pastor RD Ridwan Amo dan pesan utama yang disampaikan beliau adalah perlu dibuatkan suatu jaringan koordinasi agar informasi bisa cepat diterima oleh pihak yang membutuhkannya. Selanjutnya Romo Eko memperkenalkan pembicara yang diundang dari Caritas Bandung yang dipimpin oleh Romo Darwanto dan 2 orang rekannya yaitu Bp. Y.Subay dan Bp.Salomo Marbun, mereka adalah staff Caritas Bandung yang sudah bekerja dari awal dibentuknya Caritas Bandung yaitu tahun 2010. Informasi dari Romo Darwanto yang biasa dipanggil dengan singkatan “Mo Dar” lokasi kantor Caritas Bandung dari awal berpindah-pindah hingga akhirnya sekarang mendapat lokasi yang tetap yaitu di Jl.Jawa No.6, Bandung dengan nomor telepon: +62 (0)22 4207232 dan alamat email: caritasbdg@keuskupanbandung.org. Romo Darwanto menyampaikan dasar-dasar Caritas yang didasari dengan semangat dari Gereja Perdana yaitu: Kegiatan rohani dan sosial yaitu berkaitan dengan membantu masyarakat yang terkena dampak musibah seperti: gempa bumi atau bencana alam. Ada 4 pilar Karisma Gereja Katolik yaitu: Liturgi, Kerygma, Diakonia, dan Koinonia.

Yang sering kali terjadi di lapangan dalam kegiatan memberi bantuan terhadap masyarakat yang terkena dampak dari musibah gempa bumi atau bencana alam, jika ada yang sudah mengetahui tentang Caritas pada umumnya melakukan penolakan karena dianggap akan berkaitan dengan Kristenisasi, padahal perlu diketahui bahwa Caritas bukan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan tidak bersifat eksklusif karena Gereja adalah pelaku kasih. Dijelaskan juga Caritas harus akuntabilitas karena berkaitan dengan pertanggungjawaban atas semua keuangan yang diserahkan oleh pemberibantuan dan hal ini dikuatkan dalam Alkitab yaitu: Kisah 5 ayat 1-10. Selanjutnya beberapa pertanyaan dating dari beberapa peserta, inti dari semua pertanyaan adalah banyak yang belum mengetahui secara persis tentang Caritas ini, sehingga mo Dar berusaha menjawab lagi dengan singkat dan jelas bahwa Caritas bergerak dalam hal membantu atau meringankan para masyarakat yang terkena dampak musibah bencana alam yang memang seharusnya adalah menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah setempat terlebih dahulu, namun sering kali masih perlunya tambahan bantuan dari pihak lain dan salah satunya adalah Caritas yang merupakan organisasi internasional juga yang berpusat di Roma disingkat “CI” dan untuk Indonesia biasa disingkat menjadi KARINA (Caritas Indonesia) dan berpusat di KWI, sedangkan untuk Asia berpusat di Thailand.

Pembicara selanjutnya adalah Bp. Y. Subay: Beliau menampilkan 3 gambar seperti penebangan pohon, angin badai dan gunung meletus, dari ke 3 gambar ini timbul pertanyaan manakah yang merupakan bencana? Jawaban dari 3 orang peserta tidak ada yang benar, karena menurut Bp.Y.Subay semua gambar ini adalah “ancaman” bukan “bencana” karena tidak ada korbannya.

Selanjutnya timbul pertanyaan lagi yaitu: siapakah orang pertama yang harus menolong masyarakat yang terkena dampak bencana alam? Jawaban yang paling tepat adalah “diri sendiri” terlebih dahulu, baru kemudian jika tidak mampu lagi maka meminta pertolongan dari warga sekitarnya. Dalam hal ini peran Pemerintah adalah yang utama, dan pihak lain termasuk Caritas bisa bergerak membantu tetapi tetap perlu “koordinasi” yang baik.

Ada 4 siklus penanganan bencanayaitu: kesiap-siagaan, tanggapdarurat, pemulihan dan pengurangan resiko. Diharapkan masa tanggap darurat hanya ¼ dari siklus penanggulangan karena selanjutnya harapannya adalah harus bisa mandiri lagi nantinya. Bantuan yang akan diberikan harus selalu dikoordinasikan terlebih dahulu agar tujuannya menjadi benar dan tepat guna, jangan sampai benatuan yang diberikan justru menimbulkan masalah lain (misal: terlalu banyak stok barang tapi tidak ada Gudang, untuk makanan perlu di cek tanggal kadarluarsanya).

Acara selanjutnya diselingi dengan istirahat Pk.12.15 WIB selama 10 menit dengan suguhan rebusan ubi, singkong, dan minuman teh hangat dan kopi. Pk.12.30 WIB dilanjutkan oleh pembicara selanjutnya yaitu: Bp.Salomo Marbun; Beliau menjelaskan 3 fungsi penting dalam KARINA yaitu : Koordinasi, Fasilitator dan Animasi. Fungsi Koordinasi adalah: fungsi yang penting sekali dalam segala kegiatan agar semuanya bisa berjalan dengan baik, benar dan tepat guna. Hal ini juga dilambangkan dalam lambang KARINA yang seperti jangkar dan 4 buah hati, secara simbolis artinya: merangkul dengan jangkar dan memberi pelayanan dengan hati yang sesuai dengan kemanusiaan dan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Fungsi yang kedua adalah: Fasilitator, yaitu dengan sumber daya yang sudah ada maka perlu dikembangkan agar menjadi baik dan berguna. Sedangkan Fungsi yang ketiga yaitu: Animasi, berbeda dengan Fasilitator yaitu sudah memiliki sumber daya, sedangkan Animasi belum mempunyai sumber daya maka perlu adanya gerakan agar memperoleh sumber daya tersebut. Dan untuk saat ini kata “korban” perlu diperhalus menjadi “terdampak” dan juga perlu diketahui bahwa di masa tanggap darurat sering kali tidak ada yang “Akurat” oleh karena itu perlu adanya koordinasi dan terutama selalu yang bertindak adalah Pemerintah terlebih dahulu baru pihak-pihak lain.Untuk Caritas Bandung sudah menyiapkan Standar Operating Prosedur (SOP) tanggap darurat dan biasanya SOP ini untuk masing-masing Keuskupan akan berbeda karena tergantung dengan daerah sekitarnya. Dan dari Pemerintahan perihal penanggulangan bencana sudah diatur dalam Undang-Undang N0.24 tahun 2007 BNPB.

Waktu tidak terasa sudah menunjukkan Pk.13.30 WIB sehingga pertemuan harus segera berakhir, namun sebelumnya Romo Eko meminta waktu sejenak untuk membentuk kepengurusan Caritas Bogor, dan tanpa berlama-lama beliau langsung menanyakan kepada beberapa peserta yang bersedia bergabung dengan beliau, dan terpilihlah Sekretaris, Bendahara dan 4 orang perwakilan dari 4 Dekenat di Keuskupan Bogor. Sehingga susunan pengurus Caritas Bogor adalah sebagai berikut:

Ketua                     : Romo Eko

Wakil Ketua         : ………………

Sekretaris              : Ibu Agnes Pinky Turang (Paroki St.Ignatius Loyola Semplak Bogor)

Bendahara            : Ibu Yemima Mariana Sidabutar (Paroki St.Maria Fatima Sentul City)

Wakil Dekenat Utara          : Ibu Tiur Henny (Paroki St.Thomas Kelapa Dua Cimanggis)

Wakil Dekenat Selatan      : Bp. EdiarmanSigalingging (Paroki St.Fransiskus Asisi Cibadak)

Wakil Dekenat Barat          : Bp. Thomas Mugiyana (Paroki St.Maria Tak Bernoda Rangkasbitung)

Wakil Dekenat Tengah      : Bp. Surya Tjandra (Paroki St.Fransiskus Asisi Sukasari Bogor)

Selesai pembentukan pengurus Caritas Bogor dan foto bersama dilanjutkan dan sekaligus pertemuan siang hari ini ditutup dengan makan siang bersama dengan diawali doa makan dan berkat penutup disampaikan oleh Romo Eko. Dari daftar yang hadir pada pertemuan siang ini ada 44 orang yaitu dari 4 Dekenat dan termasuk 3 orang pembicaradari Caritas Keuskupan Bandung. (Sekretaris Caritas Keuskupan Bogor)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks