Jumat, 1 April 2022
Hari Biasa Pekan Prapaskah IV
Keb. 2:1a,12-22;
Mzm. 34:17-18,19-20,21,23;
Yoh. 7:1-2,10,25-30.
“Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku” (Ay. 29). Saudara sekalian manusia dihadapkan pada dua kemungkinan, yaitu yang benar dan yang salah. Secara tidak sadar manusia menolak percaya pada sebuah kebenaran. Manusia lebih mementingkan dirinya dan eksistensinya. Orang yang dianggap benar pada sebuah kelompok tertentu terkadang diacuhkan atau dienyahkan. Kemunculan orang yang benar secara tidak langsung memunculkan keburukan orang-orang yang salah atas tingkah lakunya maupun perkataannya. Mereka yang benar disebut sebagai pembawa masalah dan dijadikan ancaman.
Hal seperti ini sama halnya yang terjadi pada Yesus. Yesus sendirilah yang dijuluki kebenaran yang sejati. Segala hal yang baik diwartakan dan ditawarkan oleh-Nya sebagai sesuatu yang buruk mata orang-orang yang membencinya. Orang-orang disekitar-Nya mulai percaya kepada Yesus masih meragukan Dia itu siapa. Kristuskah atau Mesiaskah? Mereka hanya tahu Yesus hanya sebatas anak tukang kayu dan asal-usulnya semata. Mereka tidak mengenal siapa yang mengutus-Nya, yaitu Bapa yang di surga. Pada akhirnya mereka melakukan penolakan karena tidak kenal.
Sama halnya seperti iman kita yang kurang mendalami pengenalan diri pada Tuhan. Kita sering kali berkutat pada hal-hal yang luar biasa agar lebih percaya. Padahal, di keseharian kita, kita mengalami banyak mukjizat. Mukjizat sederhana berupa nafas kehidupan yang masih kita hirup sampai saat ini. Yesus hadir sebagai Allah yang menjelma sebagai manusia agar dekat pada sisi manusiawinya. Yesus selalu dan seringkali memperjuangkan sebuah kebenaran dan kehidupan yang mutlak dalam pewartaan-Nya. Maka, kita diundang untuk mengamalkan iman dalam cinta kasih, kejujuran, dan adil dalam keseharian kita.
Fr. Gregorius Paskalis Bryan Krisnawan
