“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya.”
Ungkapan terkenal tersebut merupakan penggalan dari pidato Presiden Soekarno pada acara peringatan Hari Pahlawan tahun 1961, 16 tahun setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dan kini, 69 tahun setelah peristiwa besar yang menjadi tanda lahirnya Republik Indonesia tersebut, Gereja St. Fransiskus Asisi Sukasari pun turut serta mengapresiasi jasa para pahlawan kemerdekaan melalui acara misa syukur dan Pesta Rakyat.
Perayaan Ekaristi dan perhelatan Pesta Rakyat tersebut seluruhnya digagas dan dilaksanakan oleh para kaum muda Katolik dari berbagai wilayah di paroki St. Fransiskus Asisi Sukasari, serta para siswa Sekolah Mardi Yuana. Kedua acara tersebut diadakan pada tanggal 17 Agustus 2014 yang jatuh pada hari Minggu, sehingga misa syukur pun diintegrasikan dengan misa Minggu biasa, khususnya misa kedua yang dimulai pukul 08.30. Perayaan Ekaristi syukur ini dipimpin oleh RD. Habel Jadera, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Bogor, dengan didampingi oleh Fr.D. David Lerebulan.
Perayaan Ekaristi berlangsung meriah dan penuh semangat kepemudaan namun tetap khidmat. Pembukaan misa diawali oleh perarakan bendera merah putih yang kemudian diletakkan di area altar dan panti imam, dilanjutkan dengan pengormatan kepada bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya, yang dinyanyikan dengan penuh semangat oleh semua umat. Perarakan pembawa persembahan yang diiringi oleh para penari tradisional menambah totalitas dari nuansa Indonesia yang ditampilkan dalam Perayaan Ekaristi ini. Misa ditutup dengan nyanyian ‘Hari Merdeka’ dan diikuti dengan sorakan ‘Merdeka!!’ yang membahana. Misa syukur tersebut menjadi semakin meriah dengan keunikan kostum yang ditampilkan oleh kelompok paduan suara OMK St. Fransiskus Asisi Sukasari. Mereka mengenakan aneka kostum bertemakan zaman perjuangan. Ada yang menggunakan kostum tentara dan noni Belanda, TNI, pejuang rakyat, kebaya, serta gaun ala guru sekolah rakyat, lengkap dengan berbagai atribut yang mendukung penampilan mereka.
Seusai misa, perayaan HUT Kemerdekaan RI ini dilanjutkan dengan acara Pesta Rakyat yang digelar di Aula St. Michael. Di Pesta Rakyat ini, terdapat bazaar aneka makanan, minuman, aksesoris, dan lain-lain, yang dimeriahkan dengan suguhan pertunjukkan seni oleh para OMK. Acara Pesta Rakyat dibuka dengan penampilan tarian “Poco-Poco” yang dibawakan oleh para OMK beserta Romo Habel dan juga Frater David, disusul dengan tarian daerah NTT, yakni “Gemu Fa Mi Re”. Setelah itu, Romo Habel beserta OMK dari paroki BMV Katedral juga ikut memeriahkan acara dengan menyanyikan dua buah lagu, diikuti penampilan-penampilan musik akustik lainnya yang dibawakan oleh para OMK.
Kegembiraan dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ini mengingatkan kita pada perjuangan para pahlawan bangsa kita, khususnya para pemuda, yang dengan semangat menggebu-gebu bersedia meninggalkan kepentingan pribadi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama, yakni kemerdekaan Indonesia. Dalam homilinya mengenai kebahagiaan, Romo Habel juga menyampaikan bagaimana kita patut mencontoh semangat para kaum muda Katolik yang ‘tidak sadar diri’. ‘Tidak sadar diri’, dalam artian bahwa para kaum muda Katolik mau memberikan dirinya untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja tanpa mementingkan keegoisan pribadi. Dengan menjadi ‘tidak sadar diri’, memang seolah-olah terlihat bahwa kita tidak menghiraukan hal-hal yang menurut kita dapat membuat kita bahagia. Akan tetapi, sesungguhnya dengan menjadi ‘tidak sadar diri’, kebahagiaan justru akan datang dengan sendirinya. Semoga perayaan HUT Kemerdekaan RI ini pun bisa memberikan kesempatan bagi kita semua dan khususnya kaum muda Katolik untuk dapat memperbaharui semangat serta senantiasa memberikan karya terbaik dalam setiap hal yang kita lakukan, terutama dalam karya kita bagi Gereja, negara, dan tentunya kemuliaan Tuhan. Proficiat! Salam OMK (Mentari Muliawan-KomkepBOGOR)
OMK berfoto bersama RD. Habel Jadera
Romo Habel and Friends turut memeriahkan acara Pesta Rakyat
