Selasa, 01 Februari 2022
Pekan Biasa IV
Bac I : 2Sam. 18:9-10,14b,24-25a,30-19:3;
Mzm. 86:1-2,3-4,5-6;
Injil : Mrk 5:21-43
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang pergi ke kediaman kepala rumah ibadat yang bernama Yairus untuk menyembuhkan puterinya yang sedang sakit. Dalam perjalanannya menuju kediaman Yairus, tiba-tiba ada sosok wanita yang sudah mengalami pendarahan selama 12 tahun lamanya dengan berani menjamah jubah Yesus dengan suatu keyakinan bahwa dengan menyentuh jubah-Nya saja ia pasti sembuh. Dan memang benar, ia sembuh. Keberanian dari sosok wanita itu telah menyelamatkan dia dari siksaan penyakit yang sudah dialaminya bertahun-tahun.
Keberanian tidak akan mungkin ada tanpa adanya iman. Wanita itu tidak mungkin berani menjamah jubah Yesus tanpa adanya kepercayaan dan iman yang kuat kepada Yesus. Percaya saja tidak cukup untuk menjadi sebuah iman. Iman membutuhkan penyerahan diri kepada sesuatu yang dipercayai. Pada tahap ini, iman berarti bukan lagi sesuatu yang bersifat informatif, melainkan transformatif. Iman itu baru memiliki bentuknya ketika ia mampu mengubah diri seseorang menjadi lebih baik, lalu kemudian iman itu menjadi performatif ketika perubahan diri yang menjadi baik itu tercermin dalam tindakan, yaitu keberanian untuk melakukan sesuatu yang dianggap baik dan benar seturut kehendak Allah.
Salah satu keberanian yang dikisahkan melalui sosok wanita itu adalah berani untuk menyerahkan diri dan percaya kepada Tuhan. Keberanian yang datang dari imannya kepada Yesus itulah yang pada akhirnya menyelamatkannya dari rasa sakit yang sudah ia terima selama 12 tahun. Sebagai umat beriman, apakah kita dapat sungguh-sungguh mampu untuk berani beriman kepada Tuhan di tengah dinamika kehidupan ini?
Fr Gregorius Laurenzy Manek
